Chapter 3

68 19 9
                                    

"Tidak pernah terduga jika waktu membawa aku ke dalam lingkaran hidupnya."

•DIFFERENT•

Cahaya menyerahkan tiga lembar uang dua puluhan pada penjual martabak yang baru disinggahinya itu.

"Makasih, Mas."

"Sama-sama, Mbak."

Hidungnya menghirup aroma martabak dengan topping kacang, keju dan kelapa. Wangi tepung terigu berolesan mentega itu sangat menggoda. Ingin segera rasanya Cahaya sampai ke rumah dan melahap makanan manis itu.

"Ayah pasti lahap banget nih, makan martabaknya," ucap Cahaya.

"Kelihatannya enak banget."

Cahaya terlonjak kaget saat berbelok di jalan utama yang menuju gang rumahnya. Bukan karena hantu tapi karena ada Aditya di hadapannya sekarang. Wajah yang penuh babak belur itu terlihat jauh menyeramkan dari hantu.

"Kaget, ya?" tanya Aditya.

"Kaget. Kirain hantu," jawab Cahaya dengan sedikit mencibir.

Terdengar kekehan dari Aditya. Lampu jalan yang terpasang dan menerangi wajah Aditya membuat Cahaya sedikit ngeri melihat luka-luka di wajah oval itu.

Sebenarnya Aditya tadi tidak sengaja lewat daerah ini. Sampai matanya menemukan objek yang membuat Aditya mau menunggu lama seorang di sana.

"Enak tuh martabaknya."

Cahaya menjauhkan tiga box berisi martabak yang di dalam kantung plastik dari jangkauan Aditya.

"Kak Aditya bisa nggak jauh-jauh dari aku? Cukup di sekolah aja ngusiknya jangan di luar sekolah juga."

"Gue nggak usik lo. Gue nggak sengaja lewat sini, terus lihat lo sendirian. Mau gue antar nggak?"

"Nggak. Makasih."

Cahaya berlalu meninggalkan Aditya yang menghela napas karena ditolak lagi. Biarkan saja, lagi pula Cahaya tidak meminta Aditya ada di sini.

Ternyata percakapan mereka tidak sampai di sana, karena Aditya mengikutinya dengan motor yang ditinggalkan.

"Kak Aditya!"

"Apa sih, Cahaya? Gue nggak ngapa-ngapain lo."

"Jangan ikutin aku!"

"Kenapa?"

"Aku nggak suka."

"Belum suka. Lama-lama lo suka kok kalau terbiasa."

"Kak, udah sana pergi. Aku bisa pulang sendiri."

Aditya berdecak.

"Udah malam. Cewek nggak baik sendirian."

"Rumah aku deket kok."

"Gue ikhlas juga kok."

"Terserah."

Berdebat sampai larut malam pun tidak ada gunanya. Karena Aditya akan terus mengganggu Cahaya.

DIFFERENT [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang