"Masih tentang waktu."
•DIFFERENT•
Kepulan asap rokok mengudara, bersatu dengan angin yang gersang.
Lelaki dengan seragam acak-acakan itu termenung dengan sebatang rokok yang diselipkan antara jari telunjuk dan jari tengah.
Matanya memandang hamparan perumahan dan juga laut biru yang terlihat dekat dari atas gedung yang di pijak saat ini, padahal kenyataannya laut itu jauh.
Belum lagi gunung serta bukit yang hijau memanjakan matanya. Cuaca yang cerah membuat lukisan alam itu terlihat indah. Seolah tahu jika Aditya butuh ketenangan.
"Uhuk!" Tenggorokannya terasa sakit saat nikotin itu dia hisap.
"Kalau nggak bisa merokok jangan sok merokok!" ucap Ishan yang datang bersama Bagas.
Keduanya ikut duduk lesehan dengan kaki yang menggelantung bebas.
"Ngapain kalian di sini?" tanyanya.
Ishan mengambil rokok yang masih setengah itu dan mematikannya.
"Ck! Ganggu aja lo!" kesal Aditya.
"Lo itu udah lama nggak merokok, Dit," ucap Bagas.
"Siapa yang peduli," lirihnya.
Ishan menepuk bahu Aditya. Matanya menatap Bagas yang sedang menggelengkan kepala jika Ishan jangan bicara soal kejadian tadi.
"Gue tadi bentak dia," tutur Ishan. "Sorry, Dit, gue kelepasan. Gue emosi."
"Siapa yang izinin lo bentak dia? Lo harus tahu kalau dia adalah cewek, sesalah apa pun cewek jangan pernah dibentak. Mereka nggak sekuat itu hatinya, Shan. Cewek mungkin makhluk hebat yang pandai menyembunyikan tentang perasaan. Tapi, soal kesedihan mereka nggak bisa sembunyikan. Lo udah salah."
Aditya mengadahkan kepalanya ke atas. Tiba-tiba perasaan sakit dalam hatinya terasa lagi.
"Kalian juga tahu, bagaimana gelapnya hidup gue. Kedua orang tua gue memilih pisah, mereka memilih jalan hidup masing-masing. Bokap gue menikah dan meninggalkan Nyokap yang sedang sakit. Disitu hati gue hancur, Kak Mentari harus nggak kuliah demi cari kerjaan untuk membiayai hidup gue dan Bang Surya. Disaat Kak Mentari mencapai cita-citanya, Nyokap meninggal, tanpa mengucapkan apa pun. Bokap gue nggak datang ke pemakamannya, dia malah asik liburan bersama keluarga baru. Hati gue hancur, sakit dan marah."
Aditya menyeka air mata yang mengalir.
"Gue macarin banyak cewek karena gue mencari tempat ternyaman gue untuk mengobati rasa rindu gue sama Nyokap. Gue tahu cara gue salah, tapi mau gimana lagi. Kak Mentari sibuk kerja, itu semua untuk kami. Saat gue menemukan Cahaya, disitu gue merasa dia lah yang gue cari. Perempuan yang karakternya mirip sama Nyokap."
Ishan dan Bagas menepuk pundak Aditya, mencoba menyalurkan kekuatan jika Aditya tidak sendiri.
"Gue nggak pernah membentak cewek, karena gue pernah lihat Nyokap dibentak sama Bokap itu rasanya sangat menyakitkan. Kalian bayangkan, gimana perasaan kalian ketika Nyokap kalian dicaci maki hanya karena masalah sepele. Kalian lihat air matanya mengalir, mencoba tersenyum di depan Kakak dan gue. Sakit, Shan, Gas. Nyokap kelihatan tegar, tapi sebenarnya dia sedih, sorot matanya nggak bisa bohong."

KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT [SELESAI]
Teen Fiction𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐜𝐨𝐩𝐲 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐞⚠️ "Selamat tinggal Cahaya, selamat berpisah. Aku akan selalu menjagamu dari jarak yang paling jauh." •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• "Selamat tinggal Kak Aditya, selamat berp...