Chapter 20

31 12 4
                                    

"Ketika waktu bekerja dengan semestinya."

•DIFFERENT•

Seperti biasanya, pagi ini Aditya kembali masuk ke sekolah setelah tiga hari menjalani masa skors. Sama dengan Guntur yang menjalani masa skors, bedanya Aditya memberikan bonus liburan di rumah sakit.

Sampai saat ini Aditya masih aman karena Guntur belum membocorkan siapa yang mematahkan tangannya, tapi Aditya tidak lengah begitu saja, dia tahu akal licik seorang Guntur.

Tetapi Aditya masih berharap jika yang dilakukannya membuat Guntur jera dan tidak mencari masalah dengannya lagi bahkan orang sekitarnya.

"Woi! Aditya!"

Meletakkan helm di atas tangki motor, Aditya menoleh ke arah Bagas yang baru datang.

"Good morning, man!" sapa Bagas.

Keduanya high five sambil tersenyum senang.

"Welcome di sekolah Trisatya."

"Anj*y, udah kayak pemandu wisata aja lo gaya bicaranya," celetuk Ishan yang juga datang menghampiri mereka.

Soal Aditya dan Ishan, memang masih ada ketegangan, tapi karena Bagas keduanya berbaikan.

"Ternyata libur itu enak," ungkap Aditya.

"Ah, nggak seru lo. Libur nggak ajak kita," saut Bagas

"Buat apa aja kalian, yang ada nanti bukan liburan tapi langsung ditendang dari sekolah."

"Lo parah, Dit. Guru BK marah besar, setiap kelas dia ceramahin, agar nggak meniru lo dan Guntur," ucap Ishan.

"Bicara soal Guntur, gue kasihan sama dia. Siapa ya orang yang berani mematahkan tangannya, tangan kanan pula."

"Lo peduli sama dia, Gas?" tanya Ishan.

"Sesama manusia, Shan."

"Udah, jangan banyak bicit lo berdua, gue mau ke kelas, pasti banyak yang kangen sama gue."

Aditya menyampaikan tali tas di pundak kiri lalu pergi, dia merindukan suasana kelas yang bising apa lagi makanan kantin.

Libur di rumah memang menyenangkan, tapi soal kenangan yang terlewatkan sulit untuk terulang.

"Lo kemarin ke mana sama si Cahaya? Parah lo ninggalin kita tanpa pesan dan pamit," dumel Bagas.

Aditya menarik kursinya dan duduk menghadap ke belakang, tempat duduk Bagas dan Ishan.

"Gue nyari makan sama dia."

"Nyari makan nggak ajak-ajak, lo parah, iya nggak Shan?"

"Hm. Lo tinggalin kita yang juga kelaparan, untung pembantu lo datang dan langsung kasih makan kita. Coba kalau nggak, bisa mati kelaparan."

"Ishan benar. Mana lo pulangnya lama. Ke mana aja sih? Mojok ya lo?" tuduh Bagas.

"Ngawur lo! Gue jalan-jalan santai lah sama dia, gue bukan cowok yang mojok ya. Buang jauh-jauh pikiran dewasa lo itu."

DIFFERENT [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang