"Terpikir olehku untuk berhenti mengejarmu."
•DIFFERENT•
Sore hari dengan sinar matahari yang menjingga membuat keindahan kamar Cahaya terlihat alami.
Di meja belajarnya, Cahaya sedang menonton acara komedi di layar komputer sambil menunggu Ayah Chandra pulang kerja.
Dengan acara komedi seperti ini membuat diri Cahaya sedikit rileks dan tidak dibebani pikiran apa pun.
Baginya acara komedi adalah tontonan yang bisa mengembalikan mood dalam diri.
Cahaya itu menyukai hal yang jarang orang lain sukai. Cahaya itu memiliki pemikiran sendiri tentang hal sekitarnya. Untuk orang lain mungkin terlihat aneh, tapi untuk Cahaya semua yang ada dalam dirinya adalah dia. Karena Cahaya tahu dan mengerti siapa dirinya, dia kenal dengan dirinya sendiri melebihi orang lain.
Setiap waktu luang dalam hidupnya, Cahaya selalu mengajak dirinya mengobrol di depan cermin. Mencoba mengerti apa kemauan dalam dirinya. Sebab, sebelum kita mengenali dan menilai sifat orang lain, kita harus kenali dahulu sifat kita. Katanya, sebelum
cinta sama hal lain, maka harus cinta dulu sama diri kita."Receh," monolognya. Melihat adegan komedi yang menampilkan gombalan receh antara laki-laki dan perempuan.
Suara bel rumah berbunyi, Cahaya yakin jika itu adalah Ayah. Dengan segera dia menghentikan acara komedi itu dan bergegas untuk membuka pintu.
"Assalamu'alaikum," salam Ayah saat pintu rumah terbuka.
"Wa'alaikumsallam," jawab Cahaya yang semula bersemangat menjadi memelan. Bukan karena Ayah tapi adanya orang lain di belakang sang Ayah yang dia kenali, Aditya.
"Ayo Nak Aditya, masuk."
Aditya tersenyum dan masuk, mengabaikan Cahaya yang merengut kesal.
"Kenapa harus dia lagi sih?!" dumelnya.
"Cahaya buatkan kami kopi ya, lumayan ada martabak kacang dan kelapa, Aditya tadi beli di tempat kamu biasa beli loh," ucap Ayah sambil duduk dan memamerkan dua kantung plastik berisi martabak kesukaan keduanya. Aroma yang begitu menggetarkan lidah ingin sekali segera dilahap.
Cahaya harus menahan dirinya agar tidak terlihat gampangan karena dibawakan martabak oleh Aditya.
"Cahaya, ayo. Kok malah melamun."
"Eh, iya, Yah. Cahaya buat kopi dulu."
Di dapur Cahaya melirik Aditya dan Ayah yang terlihat mengobrol sambil tertawa. Sepertinya mereka sedang membahas yang seru, menyebalkan sekali. Cahaya harus rela melihat Ayah yang begitu antusias dengan orang yang sangat dihindarinya.
Setelah mengaduk kopi, Cahaya membawa dua gelas kopi hitam panas itu ke ruang tamu.
"Nak Aditya sudah lama enggak main, lagi sibuk?" tanya Ayah.
"Hm... Sedikit, Yah. Ada sedikit kendala, jadi saya jarang ke sini," jawab Aditya sambil melirik ke arah Cahaya.
Cahaya berdecak pelan. Memang benar, karena dirinya yang sengaja untuk menjaga jarak dengan Aditya, tapi mengapa sekarang Aditya mendekatinya lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT [SELESAI]
Подростковая литература𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐜𝐨𝐩𝐲 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐞⚠️ "Selamat tinggal Cahaya, selamat berpisah. Aku akan selalu menjagamu dari jarak yang paling jauh." •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• "Selamat tinggal Kak Aditya, selamat berp...