Chapter 13

36 13 1
                                    

"Ingin bertanya itu ada."

•DIFFERENT•

Saat jam pulang sekolah koridor kelas selalu ramai. Semuanya murid dari kelas lain saling berbaur untuk berjalan menuju parkiran.

Sama seperti biasanya, koridor kali ini juga ramai. Tapi bukan hanya sekedar ramai, karena dari mereka saling berkumpul seperti ada sesuatu yang menjadi daya tarik siang ini.

Cahaya yang kebetulan tingginya tidak mencapai ideal berusaha berjinjit untuk melihat apa yang mereka lihat.

"Ada apaan sih di depan? Kok ramai?" tanya Kartika yang ikut melihat. Bedanya Kartika yang tinggi itu tidak harus berjinjit.

Cahaya menarik Kartika untuk mengikutinya ke depan. Rasa penasaran membuat Cahaya rela berdesakan.

Sesampainya di depan, mata Cahaya disuguhkan pemandangan yang baru dilihatnya. Ada Aditya di lapangan yang sedang dihukum oleh Pak Yovi, selaku guru BK di SMA Trisatya yang dikenal guru tanpa ampun.

"Jongkok! Berdiri!" perintah Pak Yovi, menyuruh Aditya untuk jongkok lalu berdiri, terus selalu seperti itu. Entah sudah keberapa kalinya.

"Kenapa tuh?" tanya Kartika pada siapa saja yang ada di sana.

"Katanya Kak Aditya habis nonjok Kak Ishan. Sampai berdarah hidungnya," jawab gadis berseragam kebesaran.

"Hah?!" kaget Kartika.

Cahaya melirik Aditya yang terlihat lelah. Rasa kasihan pada laki-laki itu menghampiri dirinya.

"Kalian kenapa belum pulang?! Ayo bubar! Ini bukan tontonan!" Suara menggelegar milik Pak Yovi membuat mereka langsung berlari menuju parkiran.

"Aya, gue duluan," pamit Kartika yang sudah menjauh.

Belum sempat Cahaya menyerukan nama Kartika, Bagas datang menghampirinya dengan raut wajah yang sulit ditebak.

Bagas menggerakkan dagunya agar Cahaya mengikuti ke mana Bagas berjalan. Ternyata Bagas mengajak Cahaya untuk duduk di kursi depan kelasnya yang menghadap ke arah lapangan.

Melihat jelas bagaimana Aditya yang masih dihukum oleh Pak Yovi. Matahari mulai terik dan meninggi, tapi tidak ada tanda-tanda jika guru BK itu mentoleransi Aditya.

"Lo tahu alasan Aditya dihukum?" tanya Bagas memecahkan keheningan.

Tangan Cahaya memilin tali tasnya. Dia takut untuk salah jawab.

"Katanya habis nonjok Kak Ishan," jawabnya ragu.

Kepala Bagas mengangguk perlahan.

"Tapi ada alasan dibalik amarah Aditya."

"Apa?"

Tanpa sadar Cahaya antusias terhadap kalimat Bagas.

"Lo!" jawab Bagas tanpa ragu.

"Aku?" Cahaya bingung.

"Aditya membela lo di depan Ishan dengan caranya. Aditya berusaha agar nama lo nggak dijelekkan oleh Ishan. Gue tahu betul kalau sebenarnya Aditya nggak tega menghajar Ishan, tapi demi lo dia melakukannya."

DIFFERENT [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang