Chapter 21

30 14 2
                                    

"Suatu saat perjuangan yang kamu lakukan akan membuahkan kemenangan."

•DIFFERENT•

"Lo udah sedekat itu sama Cahaya? Fu*k! Bagaimana bisa?"

"Bisa, buktinya kan ada."

"Ini sih gila. Gue hampir tersedak makan pas lo dan Cahaya ada di kantin, duduk berdua. Nggak salah kalo anak-anak menggosipkan nama kalian berdua."

"Gue nggak peduli. Mau masuk akun gosip sekali pun nggak akan mempengaruhi kedekatan gue sama dia," tandas Aditya.

"Bagaimana kalau dia cuma manfaatkan lo aja?" tanya Ishan.

"Gue rasa Cahaya bukan cewek kayak gitu. Dekat sama gue aja risih apalagi sampai ada niatan untuk memanfaatkan gue. Itu hanya pikiran orang picik," jawab Aditya.

Ishan terdiam. Dia kembali sibuk memainkan ponselnya lagi. Aditya tidak peduli jika sahabatnya itu tersinggung, bukankah itu salahnya yang menggiring opini.

"Terus kapan nih lo mau menembak Cahaya? Nggak sabar gue dapat jatah makan gratis."

"Nanti, Gas, kalau ada timing yang pas. Untuk saat ini biarkan kami menjalani pendekatan. Khususnya gue, masih banyak hal yang mau gue buktikan ke Cahaya kalau gue ini nggak main-main."

"Nggak nyangka gue sama lo. Dari sekian banyaknya para mantan, lo memilih serius sama seorang Cahaya. Berawal dari penasaran kini malah jadi cinta beneran, by the way lo serius kan sama dia?"

"Serius. Apa lo melihat kebohongan di mata gue?"

"Nggak sih. Cuma apa nggak terlalu cepat? Gue takut lo hanya penasaran aja bukan cinta beneran."

"Bagas, dulu gue memang banyak memacari semua jenis cewek, tapi hanya Cahaya yang mampu menarik perhatian gue."

"Itu karena sifat dia mirip Nyokap lo!" celetuk Ishan.

Aditya menatap tajam Ishan.

"Kenapa? Gue benar kan?" sarkasnya.

"Ishan kali ini ada benarnya, gue takut lo hanya terobsesi sama kesamaan sifat mereka. Gue juga takut akan sebuah karma."

Aditya mengernyitkan dahinya.

"Iya. Lo pasti pernah dengar tentang karma dari para mantan. Gue takut lo sakit hati kalau kenyataan nanti lo dan dia nggak bisa bersama. Jangan lupakan itu Aditya" lanjut Bagas.

Kalimat Bagas barusan menampar Aditya secara tidak langsung. Seperti kenyataan jika ada sesuatu yang menghalangi dia dan Cahaya.

Entah Cahaya tahu atau tidak tentang ini, tapi Aditya berharap keputusan yang dia ambil tidak salah. Dia memang mencintai Cahaya, semua dalam diri gadis itu menarik Aditya bagai magnetik.

Cahaya dengan ketegasannya, Cahaya dengan pendiriannya dan Cahaya dengan sikap tenangnya.

Cahaya Bulan Sabita adalah sinar yang mungkin tidak terang, tapi dia teramat menyenangkan, menenangkan dan memberi kenyamanan.

"Gue akan berusaha untuk bisa diandalkan oleh dia," ucap Aditya.

Ishan meletakkan ponselnya, lalu ditatap tajam lah Aditya. "Jangan lupakan ada dinding yang tinggi di antara kalian, Aditya!"

DIFFERENT [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang