Chapter 6

62 16 10
                                    

"Waktu seolah mengatur jika semuanya tentang kamu."

•DIFFERENT•

Tidak ada yang paling indah dari hiruk-pikuk peserta dan pendukung lomba kali ini selain wajah, senyuman dan seseorang yang mampu mecuri perhatiannya setiap saat.

Gadis dengan rambut hitam tipis yang terurai itu selalu menjadi pusat pandang.

Cahaya adalah gadis yang memang pemberi cahaya bagi sekitarnya dan kehidupan Aditya.

"Pantau terus!" sindir Bagas di sampingnya. Sepertinya Bagas menyadari jika Aditya tidak fokus menonton tapi memandangi penotonnya.

"Apa sih yang lo lihat dari dia? Ayo lah, Dit, gue udah bilang cewek banyak di sekolah ini bahkan di luar sana. Tiap hari lo kayak gini terus, bisa besar kepala tuh cewek," timpal Ishan.

"Mending lo balikan sama mantan lo yang kerjaannya chat terus walau nggak lo balas. Siapa, Shan, yang terakhir diputusin bulan lalu?"

"Findi. Anak kelas sebelah."

"Nah, si Findi kan cantik, body biola, berisi, manis dan baik. Bisa kali balikan. Iya nggak, Shan?"

Bagas menaikkan kedua alisnya meminta persetujuan dari Ishan.

Ishan melirik Aditya yang masih fokus pada Cahaya yang duduk lesehan bersama Kartika. Keduanya terlihat tertawa dan bersorai heboh menonton pertandingan balap karung.

"Kalau nggak lo balikan aja sama, Alfi. Kalian kan pacaran hampir lama. Gue lihat dia masih jomblo," saran Ishan.

"Nggak minat! Gue udah bilang, kalau mantan-mantan gue biasa semuanya nggak ada yang semenarik Cahaya."

"Sama kayak mantan lo. Cahaya juga akan lo deketin karena penasaran. Udah bosan lo tinggalkan. Sama kayak kasus yang udah-udah." Kini Bagas yang bersuara.

"Kalian kenapa, sih? Apalagi lo, Shan, kayak nggak suka lihat gue sama Cahaya. Beda dari Ishan yang selalu dukung gue kalau deketin cewek. Lo gay apa suka sama Cahaya juga?"

Mata Ishan memicing. "Nggak dua-duanya. Pertama, gue bukan gay! Kedua, gue nggak suka sama Cahaya."

"Jadi, apa alasan lo, mgelarang gue?"

"Karena gue nggak suka Cahaya!"

"Itu karena lo nggak kenal dia!"

"Nggak penting, Dit!"

"Sama kayak bacotan lo, nggak penting!"

Aditya bangun dari duduknya dan bergegas pergi dari sana. Meninggalkan Ishan yang menahan amarah.

Sedangkan Bagas terdiam. Selalu saja ada beda pendapat di dalam persahabatan mereka.

"Kantin aja, yuk, Shan."

Bagas mencoba meredam emosi Ishan dan mengalihkan perhatiannya. Dia tidak ingin jika Aditya dan Ishan bertengkar hebat karena perempuan.

"Apa gue salah, Gas? Gue nggak suka sama Cahaya dideketin Aditya. Cewek sok jual mahal kayak gitu belagu banget! Malu tahu harga diri cowok direndahkan. Sebelumnya kita nggak gini kan? Debat soal cewek."

DIFFERENT [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang