Bab 10

897 161 52
                                    

Kedua manusia itu tampak beradu argumen di ruang meeting. Salju di luar turun, membuat mereka beberapa kali menggigil meskipun suhu ruangan telah dinaikkan dua derajat dari sebelumnya. Sohyun menyodorkan sebuah buku sketsa, di halaman tertentu terpampang satu desain yang ditanggapi Taehyung dengan muka masam. Tangan pria itu mengibas seolah mengatakan "tidak". Sohyun menghela napas—entah yang ke berapa kali—yang jelas ia sangat membenci sifat modelnya yang terlalu pilih-pilih.

"Ternyata tidak cuma soal perempuan, Anda begitu selektif terhadap desain yang sudah susah payah saya siapkan," sindir Sohyun.

"Jangan salah paham, Miss. Semua desainmu oke, saya hanya bingung memilih satu yang cocok dengan saya."

"Benarkah?"

"Benar. Kalau begitu, bagaimana jika Anda yang memilihkannya? Saya yakin, selera Anda tidak akan mengecewakan."

Sohyun tersenyum. Sebanyak 10 desain ia gambar dalam waktu semalam, sisanya ada 3 yang belum terselesaikan. Jika Taehyung menanyakan mana yang pantas untuknya, tentu Sohyun telah mengantongi satu. Selama ini ia melakukan observasi. Kim Taehyung itu memiliki lengan yang bagus dan berotot. Pakaian tanpa lengan atau sleveless dirasa akan cocok untuknya. Selain itu, spring identik dengan bunga. Maka Sohyun telah mempersiapkan satu gambar pakaian dengan motif floral. Karena modelnya berasal dari Korea Selatan, Sohyun sengaja membuat motif mugunghwa, bunga bergenus hibiscus yang merupakan bunga nasional negaranya.

"Bagaimana menurutmu yang ini?"

Taehyung mengamati detail gambaran pakaian yang nanti akan ia kenakan. Bibirnya mengulas senyum, tak disangka. Kim Sohyun selain cantik juga begitu jenius. Taehyung semakin menyukainya. Ia pun menjentikkan jari. Tanpa meminta alasan mengapa Sohyun memilihkan desain itu untuknya, Taehyung mengiyakan dan merespons pilihan Sohyun dengan penuh semangat.

"Okay! This is great! Anda punya selera yang sangat bagus, Miss!"

Dengan begini, pekerjaan mereka hari itu beres. Waktunya berkemas pulang. Sohyun dibantu Hyanggi merapikan kertas-kertas dan buku sketsanya yang berserakan. Selagi sibuk memunguti barang, Taehyung memperhatikan lekat setiap pergerakan Sohyun. Mengingat kejadian kemarin sore, di mana ia dan Sohyun tak sengaja bertemu di sebuah gym. Bahkan, mereka mendaftar di kelas yang sama. Betapa beruntungnya Taehyung! Sudah bertetangga, kini akan nge-gym bersama pula!

Malam ini jadwal mereka akan dimulai. Berhubung hari mendekati malam, Taehyung berencana mengajak Sohyun berangkat ke tempat gym bersama. Oleh sebab itu, sedari tadi ia tidak meninggalkan ruangan. Memancing rasa penasaran Sohyun.

"Kenapa Anda belum pulang?"

Taehyung memperhatikan sekeliling. Jam menunjukkan pukul enam sore. Di luar jam kerja, saatnya berbicara santai.

"Kau akan berangkat langsung ke tempat gym, kan? Bagaimana kalau kita berangkat bersama?"

Sohyun tampak berpikir. Kemarin sikapnya terlalu frontal. Ia memang tidak menyukai Taehyung, bahkan membenci setiap tindakan dan perkataan yang keluar dari mulut pria itu. Tapi ia harus tahan. Setidaknya, sampai saatnya nanti ia akan membongkar siapa identitas aslinya dan membuat Taehyung menangis meraung-raung. Aku harus menahan rasa jijikku terhadap pria ini. Kalau aku mau mencampakkannya, maka aku harus membuatnya jatuh cinta padaku terlebih dahulu.

"Ide yang bagus."

Sengaja Taehyung menyuruh Seojun pulang duluan. Meskipun tidak kuasa meninggalkan Sohyun bersama dengan pria berengsek seperti Taehyung, Seojun tak punya pilihan lain. Lagi pula, Seojun percaya kalau Sohyun bukan wanita biasa. Aura wanita itu cukup kuat dan mendominasi. Daripada berekspektasi Taehyung yang menaklukkan Sohyun sebagai target selanjutnya, Seojun malah berkeyakinan kalau Sohyun lah yang akan menaklukkan Taehyung serta merenggut keangkuhan pria itu sekaligus. Sebagai manajer dan sahabat terdekat Taehyung, tentu Seojun tak ingin Taehyung terus-terusan menjadi pria bejat yang suka mempermainkan wanita. Seojun harap, Sohyun bisa memberinya pelajaran.

DECADE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang