Bab 29

711 139 42
                                    

Nicholas Chwe, pria berusia 59 tahun tersebut merupakan pemilik Reagan Group, perusahaan yang bergerak di berbagai bidang salah satunya properti. Bisnis departement store-nya adalah yang paling utama. Reagan Departement Store termasuk pusat perbelanjaan terbesar di Paris, Inggris, dan Canada serta istana dari berbagai rumah mode dunia. Didirikan kurang lebih setengah abad yang lalu dan terus mengalami perkembangan pesat dengan tersebar luasnya cabang di beberapa negara.

Dapat dikatakan bahwa Nicholas sukses melanjutkan bisnis ayahnya-Reagan Chwe-dan kini sudah saatnya Vernon-putra sulungnya-mewarisi bisnis tersebut. Tidak ada yang perlu diragukan dari kemampuan sang anak dalam mengelola perusahaan. Vernon adalah pria yang cerdas, pendidikannya tinggi, kemampuannya juga diakui. Sayangnya satu, pria itu cenderung suka main-main. Tidak cukup sekali-dua kali Nicholas menasihati putranya, namun hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Tingkah Vernon yang terlalu bebas, menjadi beban dan PR tersendiri baginya. Harus ada yang bisa merubah putranya. Karena kalau tidak, image Reagan Group bisa terbawa buruk.

Sudah sering Nicholas mendapati laporan dari sekretarisnya-yang diminta untuk memata-matai Vernon. Vernon hobi keluar-masuk club dan setiap keluar pasti membawa wanita yang berbeda. Semua makin parah sejak Sohyun mengurus pekerjaannya di Seoul. Kira-kira, bisa seminggu empat kali Vernon menghabiskan waktu di luar dan tidak pulang semalaman. Ayahnya itu menjadi sangat khawatir akan masa depan putranya. Oleh sebab itu, Nicholas memanggil Sohyun untuk menemuinya.

"Hi, Daddy! Bagaimana kabarmu?"

"Ma chérie, Daddy baik-baik saja! Lihatlah, kau semakin cantik, ya? Tunggu, berapa umurmu? 28 tahun?"

"28 tahun, tahun ini. Daddy mengingatnya dengan baik."

"Duduklah, ayo, kita bicara sambil minun teh. Sudah lama kita tidak ngobrol berdua secara longgar seperti ini. Kapan ya terakhir kali? Waktu kau semester lima? Kau bilang waktu itu kuliahmu sangat melelahkan, bukan? Terlebih, kau harus mengurusi putraku yang suka main sama perempuan."

Sohyun tak berkata apa-apa, ia hanya tersenyum sambil menyesap cangkir tehnya. Sohyun sangat tahu, Nicholas akan menjadi cerewet jika sudah membicarakan putra satu-satunya. Dan di balik itu semua, Nicholas pasti memiliki motif. Kalau dulu mereka berbicara berdua karena Nicholas ingin membujuk Sohyun untuk selalu melaporkan gerak-gerik Vernon, kali ini mungkin berbeda. Sohyun tak dapat menebaknya.

Menurut Sohyun, Vernon sudah lebih dari dewasa untuk memilih pilihannya sendiri. Melakukan apapun asal memiliki rasa tanggung jawab. Tetapi, seorang Nicholas yang super sibuk itu menghubungi dirinya? Untuk tujuan apa? Setelah lulus kuliah pun, sangat jarang mereka dapat menghabiskan waktu berdua kalau bukan saat malam natal atau beberapa hari setelah tahun baru.

"Sohyun, apa kau punya kekasih?"

"Hmmphh!" Sohyun nyaris menyemburkan minumannya.

Ah, mengagetkan saja! Kenapa Daddy menanyakan pertanyaan itu sih?

"Sohyun, Daddy pikir kalian sudah sama-sama dewasa. Bukankah lebih baik kalau kalian segera menikah? Kalau kau menikah, kau tidak akan capek-capek sendirian. Ada suamimu yang membantu pekerjaanmu sewaktu-waktu. Benar, kan?"

"D-dad, Daddy serius? Maksudku, me-mencari pasangan itu tidak mudah. Apalagi aku wanita karier yang terlalu sibuk untuk berpacaran."

"Sohyun, Daddy rasa, kau tidak menangkap apa yang Daddy bicarakan."

Sohyun meletakkan cangkirnya. Iya, sejujurnya obrolan Nicholas sekarang ini tidak Sohyun pahami. Tiba-tiba membahas pernikahan, jelas-jelas itu bukan topik biasa yang bakal Nicholas diskusikan. Pria dengan berambut perak itu seringkali melibatkannya dalam pembicaraan yang lebih serius, biasanya cenderung ke ranah bisnis atau pekerjaan yang ia tekuni.

DECADE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang