Bab 23

738 148 37
                                    

Mengingkari kalimatnya saat pamitan tadi, Sohyun ternyata pulang larut. Taehyung yang mulai bosan menunggu di apartemennya, membawa pulang Popo ke apartemen Sohyun—tak lupa sambil membawa sesuatu untuk ditonton di sana. Entahlah, televisi di apartemen Sohyun letaknya lebih strategis. Dekat dengan dapur, di mana ada banyak makanan tersimpan di sana. Menumpuk seperti harta karun.

Taehyung memasuki tempat tinggal Sohyun melalui pintu balkonnya. Karena sekarang mereka berteman, Sohyun tak pernah membiarkan pintu balkonnya terkunci. Jadi, semisal pria itu membutuhkan sesuatu, maka ia dapat masuk dengan mudah.

Pertama-tama, Taehyung meletakkan Popo ke dalam kandangnya. Setelah itu, ia mengambil beberapa snack yang Sohyun simpan di dalam sebuah rak di dapur. Tak lupa mengambil sekaleng bir dan sebotol air mineral dari kulkas.

"Sempurna! Anggap saja rumah sendiri." Taehyung bermonolog menirukan nada bicara Sohyun, seolah-olah dirinya telah mendapat izin dari wanita itu untuk mondar-mandir di apartemennya. Terlebih lagi di malam hari.

"Sudah lama aku menahan diri untuk tidak menontonnya. Seandainya jadwalku tidak sibuk, mungkin DVD ini tidak akan pernah berdebu sampai sekarang." Pria itu meniup permukaan DVD yang ia bawa sebelum akhirnya memasukkannya ke dalam DVD player.

Mengetahui bagaimana sifat Kim Taehyung, tak perlu ditanyakan lagi DVD macam apa yang ia setel. Bahkan di menit pertama, layar televisi itu menampilkan dua insan yang saling melepas pakaian. Taehyung tersenyum-senyum dibuatnya. Mulutnya sambil tak berhenti mengunyah keripik ketela hingga meninggalkan jejak rempahan di mana-mana.

"Hm, bagus ya? Udah numpang nonton porno di rumah orang, makanin snack-nya plus ngotorin lantai dan sofanya pula. Kadang-kadang aku berpikir, Popo lebih pintar darimu karena tahu di mana tempat buang air besar dan buang air kecil yang seharusnya."

Taehyung tersedak setelah disindir secara terang-terangan. Sohyun berdiri di belakangnya memasang wajah horor. Langsung saja ia meneguk air mineral yang ia siapkan di atas meja.

"Kau kalau datang kasih sinyal dong! Bikin kaget tahu!"

Taehyung pikir, ia akan kena pukul oleh tas tangan Sohyun. Atau lebih parahnya, oleh sepatu hak 10 cm yang dipakai wanita itu. Tetapi salah. Justru Sohyun ikut merebahkan diri di sofa, bersebelahan dengan Taehyung. Wanita itu tak kelihatan marah meskipun habis menyindirnya. Malah, ia ikut bersantai, memakan camilan dan menonton film!

"Exactly, seorang Kim Taehyung tak mungkin menonton Avatar. Tetapi sesuatu 'biru' yang lain."

"Kau bisa nonton film beginian?" takjubnya.

Taehyung sudah tidak bisa fokus dengan layar televisi, ia hanya penasaran. Ekspresi wajah seperti apa yang Sohyun tampilkan ketika menonton film dewasa.

"Bukannya bisa, tapi terpaksa sampai rasanya jadi terbiasa. Pernah seminggu tiga kali selama empat tahun aku mendengar dan melihat sendiri temanku yang menonton film-film haram itu."

"Teman? Perempuan?"

"Laki-laki lah!"

"Tunggu, sebenarnya ada berapa banyak laki-laki yang menjadi temanmu? Apa mereka semua memang brengsek?"

Sohyun terbahak-bahak. Perasaannya hari ini sangat bagus. Setelah pergi dengan Jimin dan mendapat hadiah darinya, kini Taehyung malah melempar lelucon yang lucu.

"Kau membicarakan dirimu sendiri ya? Iya. Mereka semua memang brengsek, tapi kau yang paling brengsek," balas Sohyun.

Taehyung memutar matanya malas. "Huh, sialan." Ia pun menyadari sesuatu. Sohyun pulang membawa satu goodie bag besar dengan merek tertentu. "Apa itu yang kau bawa?"

DECADE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang