Bonus Chapter

979 88 32
                                    

Sudah 2 bulan sejak keduanya berpisah. Taehyung berdiri termenung di dekat jendela di ruangan kantornya. Sebentar lagi memasuki musim dingin, apakah Kim Sohyun baik-baik saja? apakah ia kedinginan? Apakah ia makan dengan teratur dan tidur dengan teratur? Apa ia merasa kelelahan? Taehyung penasaran dengan semuanya.

Namun apalah daya, pria itu enggan menghubungi Sohyun duluan. Terlebih sejak perdebatan mereka yang terakhir kali. Taehyung dengan egonya mengatakan bahwa ia tidak akan peduli lagi pada Sohyun meskipun wanita itu memintanya. Taehyung terlalu marah. Ia marah saat Sohyun mementingkan pekerjaan di atas hubungan pernikahan mereka.

Wanita itu memang keras kepala.

Taehyung mengembuskan napas kasar seraya melonggarkan dasi yang mencekik lehernya. Jam kerja telah berakhir, seharusnya Taehyung pulang ke rumah. Namun apa gunanya ia pulang kalau tidak ada yang menyambut? Hidupnya benar-benar kesepian.

Sebenarnya kami ini suami—istri apa bukan sih?

Dua tahun hubungan pernikahan mereka, manis hanya di awal-awal saja. Sisanya, mereka lebih banyak bertengkar memperdebatkan pendapat masing-masing. Terutama soal pekerjaan. Taehyung menghargai profesi Sohyun sebagai designer serta kesibukannya bekerja di EJ Fashion.

Sejak EJ Fashion berkembang pesat, dan nama brand-nya sampai menguasai pasar Eropa dan Amerika, Sohyun semakin disibukkan. Jam kerja antara Taehyung dan Sohyun yang kerap kali beririsan, membuat keduanya semakin jarang berkumpul. Paling-paling mereka hanya meluangkan waktu di saat libur atau di acara tertentu. Oleh sebab itulah, setelah dua tahun menikah pun mereka tidak dikaruniai buah hati. Hal itu pula yang membuat Kim Seongmin—ayah Taehyung—meradang sebab beliau sangat menginginkan cucu.

"Taehyung, kapan istrimu pulang?" tanya Seongmin suatu hari, ketika ia mengunjungi kantor untuk mengecek pekerjaan Taehyung.

"Belum tahu, Ayah. Dia masih sibuk di London. Kalau Sohyun mau pulang, dia pasti akan mengabari kok."

"Bukan begitu. Taehyung, sudah 2 tahun loh. Sudah seharusnya punya momongan. Mau sampai kapan kalian sibuk dan tidak punya waktu untuk berdua?"

"Ayah, kita bicarakan hal ini nanti saja, ya. Aku masih banyak pekerjaan."

"Tidak! Kau selalu begini, selalu menghindar setiap kali Ayah tanya kapan kalian punya anak. Tidak selamanya Ayah bisa bersabar, Taehyung. Sebentar lagi tahun akan berganti, dan kalau tetap tidak ada perkembangan, Ayah akan bertindak!" ancamnya.

Seongmin pun meninggalkan ruangan. Taehyung tampak lemas dan frustrasi. Ia pun juga memiliki keinginan yang sama. Taehyung juga ingin menggendong bayi, ia ingin menjadi seorang ayah sejati. Tetapi mau bagaimana lagi? Ia tidak dapat memaksakan kehendaknya pada Sohyun. Wanita itu sangat menyukai pekerjaannya. Tidak mungkin meminta Sohyun untuk meninggalkan pekerjaan itu, sama seperti Taehyung yang dulu meninggalkan pekerjaannya. Taehyung merasakan betapa hampanya ia tanpa dunia modelling. Dan betapa tertekannya ia di masa-masa awal meninggalkan kariernya. Taehyung tak ingin hal yang sama terulang pada istri yang ia cintai.

"Kau kenapa? Jangan terlalu banyak minum!" cegah Namjoon.

"Hyung, aku gagal jadi suami."

Namjoon menatap Taehyung iba. Cukup sering pria itu datang ke club miliknya. Padahal, sudah setahun lebih Taehyung berhenti minum apalagi berkunjung ke sana. Melihat betapa sengsaranya kondisi pria yang ia anggap sebagai adik itu, Namjoon jadi percaya bahwa cinta dapat mengubah segalanya.

Namjoon pun mengulurkan tangannya, mengusap punggung Taehyung. Seorang playboy yang dulu bahkan tidak pernah peduli bagaimana perasaan wanita yang ia tinggalkan, kini menemukan cinta dan kebahagiaannya. Namun tak lama kemudian, kebahagiaan itu perlahan pudar. Cinta yang Taehyung agung-agungkan, seolah tak berdampak apa-apa terhadap pernikahannya. Kim Sohyun justru memilih pekerjaannya daripada perasaan suaminya. Jujur, Namjoon ikut teriris mendengar nasib sahabatnya itu.

DECADE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang