Bab 16

719 154 34
                                    

Stream "Christmas Tree by V BTS"
💜

***

Sohyun duduk menyilangkan kakinya di atas kasur. Di ruangan yang sama, Kim Taehyung bersusah payah menggosok cermin riasnya menggunakan tiner dengan kain lap. Tidak hanya tangannya yang terasa pegal, Taehyung bahkan masih terengah-engah karena berlarian dari Lotte Hotel ke apartemen yang jaraknya sekitar 300 m. Cerdik sekali, bukan? Sohyun sengaja memilih lokasi hotel yang dekat agar Taehyung tidak perlu menaiki taksi untuk sampai di apartemen. Selain hemat uang dan waktu, juga sebagai upaya untuk berolahraga.

"Kerjakan yang benar!" omel Sohyun.

"Tugas model itu seharusnya berpose dan berjalan di atas runaway. Bukan malah bersih-bersih apartemen milik orang lain," keluh pria itu.

"Oh, bukannya tadi pagi kau kerja sambilan jadi tukang cleaning service?"

Taehyung tak menjawab. Memang ia yang salah. Ia yang menyebabkan kamar wanita itu berantakan dengan cat pilok. Tetapi bayaran yang diminta Sohyun melebihi ekspektasinya. Tidak masalah jika harus mengganti seprai seharga 25.000 won, namun bagaimana dengan biaya reservasi dan makanan mewah tadi? Kira-kira itu hampir menyita setengah akumulasi gajinya dalam tiga bulan. Kim Taehyung menghela napas.

Ketika sedang sibuk mengawasi Taehyung, Sohyun mendapat panggilan dari bibinya. Ini adalah kali kedua bibinya menelepon sejak Sohyun tiba di Seoul. Ada apa?

Sebelum mengangkat telepon, Sohyun memberi isyarat lewat kedua matanya bahwa ia akan tetap mengawasi Taehyung. Jangan macam-macam selama aku tinggal, begitulah sorot matanya berbicara. Sohyun pun keluar menuju balkon untuk mendapat ruang yang lebih luas selama menerima panggilan telepon.

"Iya, Aunty?"

"Sohyun, kau sudah dengar kabar itu?"

"Kabar soal apa?"

"Seseorang bebas dari penjara."

Sohyun terdiam. Ekspresi wajahnya mendadak murung. Mendengar info yang dibawakan bibinya membuat Sohyun benar-benar menyesal pergi ke Seoul. Hal yang ia prediksikan sungguh terjadi. Lantas bagaimana? Wanita itu tidak ingin bertemu dengan pria yang sudah menganiaya ibunya. Meskipun status pria itu masih sebagai ayah kandungnya sendiri. Sohyun selalu menolak kehadirannya.

"Sohyun, Aunty tahu kau membencinya. Tapi demi ibumu, temuilah dia, setidaknya sekali saja."

"Aunty, sampai kapan pun, hatiku tidak siap menemui pria itu. Dadaku terasa sesak setiap kali membayangkan wajahnya. Kenangan buruk di masa lalu ketika pria itu memukul ibu dan meninggalkan kami bersama wanita lain, selalu menjadi mimpi buruk yang menerorku setiap malam. Aunty, jangan paksa aku."

Sohyun mematikan ponselnya. Ia berjongkok, menyembunyikan wajahnya. Tiba-tiba saja air mata membendung, menghalangi pengelihatannya. Ia sakit hati setiap mengingat kelakuan ayahnya. Sohyun memang bukan anak kecil ketika kejadian itu terjadi. Umurnya genap 16 tahun. Itu adalah pertama kali seorang wanita datang bersama ayahnya dan mengaku hamil adiknya. Adiknya? Tentu saja bukan. Jika itu adiknya, maka ia hanya akan lahir dari rahim ibunya. Tetapi jelas-jelas wanita itu adalah selingkuhan sang ayah.

Ibu Sohyun menolak kehadiran orang ketiga di rumah mereka. Namun ayahnya yang mudah sekali marah, tiba-tiba menampar ibu Sohyun di depan matanya. Pria itu mengancam akan menceraikan ibunya. Namanya pertengkaran orang dewasa, sifat ibu Sohyun yang keras kepala semakin menambah buruk suasana. Beliau bersikukuh mempertahankan keinginannya untuk tidak mau tinggal bersama dengan selingkuhan suaminya. Cekcok pun terjadi. Alhasil, muncul banyak lebam di sekujur tubuh ibu Sohyun juga di wajah cantiknya.

DECADE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang