Bab 36

559 113 34
                                    

Seoul, 6 Mei 20xx
16.20 KST

Korean Air mendarat di Bandara Incheon tepat lima belas menit yang lalu. Di gerbang kedatangan, beberapa wartawan terlihat berjajar sambil memegang kamera. Mereka menunggu kehadiran seseorang, si serbuk berlian dari agensi yang baru saja bangkrut, Kim Taehyung. Kabar burung mengatakan bahwa pria itu dalam perjalanan pulang ke Seoul setelah selama kurang lebih sebulan menenangkan diri di London.

Dan tentu saja hal itu bukanlah tipuan. Faktanya, Taehyung sendiri yang menyusun skenario tersebut. Ia sengaja mengundang para wartawan untuk meliput kedatangannya. Bukan sebagai "serbuk berlian dari agensi yang baru saja bangkrut", tetapi sebagai calon penerus baru Geumtae Group, konglomerat generasi ketiga. Perusahaan berpenghasilan terbanyak nomor satu di Korea Selatan.

"Itu dia! Kim Taehyung sudah keluar dari bandara!" sorak salah satu wartawan diiringi suara blitz dan flash kamera.

Meskipun sempat terlibat rumor dan berita negatif, Kim Taehyung tak menyembunyikan wajahnya. Dengan kemeja putih, dihiasi dasi warna hijau tua berbalut blazer hitam, penampilan Taehyung tampak begitu berkelas. Ia menyapa ramah para wartawan dengan melambaikan tangan, sementara tangan sebelahnya ia gunakan untuk menenteng tas jinjing cokelat dari bahan kulit—yang belakangan sangat sulit didapatkan karena persediaan terbatas.

Agendanya hari ini cukup padat. Setelah tiba di Seoul, ia langsung berangkat ke kantor. Sesuai kesepakatan, hari ini Taehyung akan diperkenalkan sebagai calon penerus Geumtae Group menggantikan ayahnya, Kim Seongmin. Tak selang berapa lama, Taehyung pun harus mulai membiasakan diri dengan pekerjaan barunya. Sebelum menerima jabatan itu secara utuh, Taehyung harus belajar dan beradaptasi di lingkungan perusahaan. Mengingat dirinya yang sama sekali tak memiliki background pendidikan di bidang bisnis, perlu waktu bagi Taehyung untuk menerima pengajaran terkait jobdesk yang akan ia jalani.

"Selamat datang." Begitu tiba di kantor, Taehyung disambut kaku oleh sang ayah.

Tak ada basa-basi lagi, keduanya hanya saling tatap. Paling-paling, Taehyung membungkukkan badan sebagai bentuk rasa hormatnya pada sang CEO Geumtae Group. Jelas sekali, kedua orang itu tak memiliki hubungan ayah dan anak pada normalnya. Pertemuan pertama mereka sejak Taehyung memutuskan meninggalkan rumah adalah pertemuan yang formal selayaknya hubungan kerja.

Selesai meeting pengenalan Taehyung, ayah dan anak itu pada akhirnya mempunyai waktu luang untuk berbincang berdua. Di ruang kerja ayahnya, Taehyung duduk tegak menundukkan wajah. Menatap cangkir kopi yang entah sejak kapan mulai mendingin.

"Bagaimana kabarmu?" Satu pertanyaan pun lolos dari Seongmin. Taehyung terkejut. Bibirnya menyunggingkan senyum, namun bukan jenis senyum bahagia. Melainkan kecewa.

Kenapa baru sekarang kau menanyakan kondisiku?

Taehyung melirik jam tangan, kurang lebih sudah hampir setengah jam mereka hanya duduk berhadapan hingga ayahnya melemparkan pertanyaan itu. Semakin cepat diakhiri, semakin baik. Pikir Taehyung.

"Seperti yang Anda lihat. Saya baik-baik saja. Tentu itu berkat bantuan dari Anda sehingga permasalahan saya dapat teratasi. Saya sangat berterima kasih."

Benar. Berkat koneksi Seongmin, rahasia gelap mantan CEO dari agensi Taehyung dapat diretas sehingga ia dapat membalas perlakuan Bitna. Kalau bukan karena terpaksa, Taehyung tidak akan pernah meminta bantuan ayahnya. Namun karena sudah tak tahan dengan kegilaan Choi Bitna yang mulai melibatkan Sohyun dalam urusan pribadi mereka, Taehyung pun mengambil langkah besar. Meski, ia harus kehilangan profesinya sebagai supermodel.

"Aku harap kau bersungguh-sungguh dengan pilihanmu. Karena ini menyangkut perusahaan, jadi aku ikut bertanggung jawab atas dirimu."

Taehyung menarik sudut bibirnya. "Saya mengerti. Saya akan berusaha sebaik mungkin untuk menggantikan posisi Anda sebagai pimpinan."

DECADE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang