Salju pertama turun hari ini. Yoongi mendongakkan kepalanya keatas. Menghirup udara dingin. Hawa panas keluar dari mulutnya. Ia merapatkan mantelnya. Hari ini cuaca di bawah sepuluh derajat. Cuaca yang cukup dingin. Ia melangkahkan kakinya ke sebuah gedung. Ini adalah agensinya sendiri. Meskipun kecil, tapi segala darah keringat dan airmatanya tercurah disini. Ia masuk kedalam sebuah ruangan dan melepas mantelnya. Menatap lurus pada komputer di hadapannya. Sesekali tersenyum tipis.
"Sajangnim..." Yoongi menoleh saat seseorang masuk ke ruangan itu.
"Yaaak Daehan-ssi sudah kubilang panggil aku PD Nim saja jika di tempat kerja. Atau kau boleh panggil aku seperti biasa. Aku ini temanmu." Balas Yoongi.
Daehan tertawa. Ya sejak Yoongi memutuskan untuk merintis agensi sendiri, Daehan memilih mengikuti Yoongi. Karena sejak di agensi sebelumnya, Yoongi lah yang membuatnya bertahan. Ia kagum pada sosok Yoongi yang pekerja keras dalam meraih apa yang dia inginkan. Daehan banyak belajar segala hal dari Yoongi. Meskipun usia mereka sama, namun pengalaman Yoongi lebih banyak. Lagu yang ia buat pun selalu meledak di pasaran. Ia juga sudah mencari artis-artis baru yang bersedia untuk bergabung bersama mereka. Dan hebatnya Yoongi, ia selalu tepat dalam memilih artis. Mereka berhasil.
"Bagaimana persiapan konserku?" Tanya Yoongi. Daehan mengacungkan kedua ibu jari nya.
"Tenang, sudah seratus persen. Kau hanya tinggal mempersiapkan dirimu saja. Berlatihlah dengan baik. Kau tau, tiket konsermu terjual habis hanya dalam waktu tiga menit. Bukankah luar biasa? Kurasa gadis-gadis itu benar-benar menggilaimu."
"Hey, catat ya penggemarku tidak hanya para gadis. Kau tau? Banyak yang menyukai rap dan musikku meskipun pria atau orang dewasa."
"Ya ya aku tau tidak perlu diperjelas."
"Kau memang menyebalkan."
"Kau sudah berjanji kan selesai konser kau akan pergi berkencan? Tenang saja, kali ini ku yakin akan hebat. Kau bisa mengenalnya dulu. Tidak usah terburu-buru." Ucap Daehan sambil menggoda Yoongi. Lelaki Min itu mendorong tubuh Daehan dari hadapannya.
"Yaak sudah kubilang aku tidak berminat pada kencan buta itu. Kau selalu berkata bahwa itu akan hebat, nyatanya mereka semua tidak ada yang masuk dalam kriteriaku." Yoongi mendesah kesal.
"Kau tau, itu semua karena dirimu yang selalu acuh. Kau memangnya tidak sadar bahwa sikapmu ini sangat dingin. Bagaimana orang bisa tertarik padamu."
"Tetap saja, mereka bukan kriteriaku."
"Lalu kriteriamu seperti apa? Seperti Yewon? Ah Yoon, come on. Ini sudah lima tahun berlalu dan kau masih mengingatnya? Kau memang luar biasa."
"Apa menurutmu semudah itu melupakannya? Aku bukannya tidak mencoba, tapi ya sudahlah. Mungkin hanya belum saatnya saja aku bisa membuka hati untuk yang lain."
"Baiklah, terserah. Aku tidak peduli. Yang penting kau harus datang ke restauran ini. Aku jamin kau akan senang. Jika kau tidak datang, kau akan mengecewakanku."
"Baiklah baiklah." Ucap Yoongi menyerah. Daehan tersenyum dan menepuk bahu Yoongi kemudian keluar dari ruangan itu.
"Hhh... Sudah lima tahun ya? Itu terasa seperti kemarin." Monolog Yoongi. Ia menatap kalender di sebelah komputer nya. Tepat sebelah bingkai foto dirinya. Yoongi mengambil bingkai foto itu, mengeluarkan foto dirinya. Dibukanya lipatan itu. Ternyata itu foto dirinya dan Yewon.
"Bagaimana kabarmu, Yewon-ah? Aku merindukanmu. Ah bagaimana ini? Aku masih tidak bisa melupakanmu." Lanjut Yoongi lagi kemudian menelungkupkan kepalanya diatas meja.
***
Konser kali ini berlangsung luar biasa. Yoongi berdiri gagah di atas panggung. Para penggemarnya meneriakan namanya. Lima tahun sudah debutnya. Ia tidak menyangka akan sampai tahap ini. Orangtuanya datang mendukung. Ini adalah konser kedua yang ia adakan selama debutnya. Yoongi benar-benar sangat emosional kali ini. Ia tidak bisa menahan airmatanya. Ia berterima kasih kepada para penggemar yang selalu mendukungnya. Hingga ia bisa sampai tahap ini. Mengumpulkan banyak sekali penghargaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEDAY [COMPLETED]
Fanfiction"Kau tau? Orang yang berpotensi besar untuk melukaimu adalah orang yang kau cinta. Akankah sebuah ketulusan mampu mempertahankan hubungan? Entah dia terlalu naif, atau lelaki itu terlalu bodoh untuk melepasnya. Melepas orang yang amat mencintainya d...