TS - Part 1

4.6K 508 119
                                    

Kepingan masa lalu.

"Aduh."

Bola basket yang dilempar Revan beradu dengan kepala gadis berseragam putih abu yang kemudian jatuh terduduk.

Revan yang sedang berlatih untuk pertandingan basket persahabatan, segera berlari dan bermaksud menolong.

Puluhan pasang mata menanti kejadian selanjutnya.

"Maaf, gue benar-benar nggak sengaja."

Revan hendak membantu gadis itu berdiri.

"Saya bisa sendiri. Lain kali jangan salah fokus, Kak. Kepala saya bukan ring basket."

Gadis itu mengomel dan berdiri sambil merapikan kain kerudungnya. Dia juga mengambil tas sekolahnya yang jatuh.

Revan mengulum senyum mendengar gadis itu menggerutu.

Seharusnya Revan marah, karena omelan itu jelas tertuju padanya.

Tapi, tunggu dulu.

Wajah gadis ini tampak asing di mata Revan.

"Kamu murid baru disini? Saya baru lihat kamu hari ini." Revan bertanya, sekedar menyapa. Menghapus rasa bersalah yang baru saja muncul.

Sebenarnya dia khawatir, kepala gadis ini jadi memar atau benjol. Tadi lemparan bolanya cukup kencang dan ia bermaksud mengoper ke Bayu.

"Permisi, Kak. Assalaamu'alaikum."

Manis, tapi ketus.

Aldo berlari ke arah Revan yang masih menatap gadis yang kemudian berjalan keluar gerbang.

"Dia yang dibilang cewek aneh sama Arsya. Namanya Kiara." Aldo menepuk bahu Revan.

Revan sendiri, seperti terhipnotis oleh siswi yang bahkan baru ia kenal beberapa menit lalu.

Jadi, namanya Kiara.

Nama yang cantik, seperti orangnya.

Eh, ralat. Dia tidak cantik. Hanya manis.  Sedikit.

Arsya adalah pacar Aldo, adik kelas mereka di kelas 11.

Aldo dan Revan sudah kelas 12 dan baru saja selesai ujian akhir semester.

"Aneh gimana, Al?"

Manik Revan masih mengekori sosok gadis berhijab itu.

Kiara, sudah masuk ke dalam angkutan umum yang baru saja lewat di depan gerbang sekolah.

"Lo nggak baca tulisan dia di mading Rohis sekolah? Dia murid pindahan dan milih masuk ekskul Rohis, jadi tim mading. Dia pakai inisial KK. Kiara Kalila. Itu gue juga tahu dari cewek gue."

-----

Beberapa hari kemudian, Revan baru menyadari ucapan Aldo. Ia melewati beberapa mading (majalah dinding) di sepanjang koridor sekolah.

Beberapa adik kelas yang lewat di depan Revan, memberi hormat dan tersenyum. Semua berlomba mencari perhatian Revan.

Padahal ia sudah pensiun jadi panitia MOS (Masa Orientasi Siswa), tapi tetap didaulat memberikan materi kepemimpinan di akhir sesi acara.

Susah memang jadi lelaki karismatik,  yang terlahir tampan, berkulit putih, berhidung mancung dan memiliki lesung di pipi kanan.

Revan sengaja memilih olahraga basket dan berenang untuk membuat kulitnya jadi kecoklatan. Eksotis kalau buat perempuan, tapi untuk Revan semakin membuatnya tampak manly.

Langkah kaki lelaki itu berhenti di depan mading Rohis. Mading itu berjajar dengan mading OSIS, PMR, KIR (Kelompok Ilmiah Remaja) dan Pramuka.

Sebuah kertas yang ditulis tangan mengambil judul yang cukup eye catching.

THE SECRETS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang