TS - Part 12

1.2K 386 75
                                    

"Kebaikan apa pun,
yang bisa dilakukan hari ini,
lakukanlah.

Karena tidak ada,
seorang pun yang tahu,
rahasia rentang waktu usia."

-----

Rumah Rania

Jam tiga dini hari.

Semalam Rania tidak bisa tidur, sejak kemarin bertemu mama di IGD RS Husada Medika.

Seperti kata Bang Fariz, mama akan mengupayakan segala cara untuk bisa bertemu Rania.

"Pasien baru Dok, perempuan 60 tahun luka bakar grade 1, terkena cipratan minyak goreng ketika sedang memasak. Pasien di Bed 3 ya Dok."

Kening Rania berkernyit. Untuk apa pasien luka bakar ringan datang ke IGD?

"Vital signnya stabil?" imbuh Rania sambil masih meresepkan obat untuk pasien anak yang masih duduk, di pangkuan orangtuanya.

Vital sign atau tanda-tanda vital yang dimaksud adalah tekanan darah, frekuenai jantung, frekuensi pernapasan dan suhu.

Tekanan darah berdasarkan pedoman hipertensi dari JNC (the Joint Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure) tahun 1997, menetapkan tekanan darah normal adalah tekanan darah sistolik <130 mmHg atau tekanan darah diastolik <85 mmHg.

Diagnosis hipertensi ditegakkan bila seseorang tekanan darahnya lebih tinggi dari normal, minimal dalam dua kali kunjungan klinik atau lebih, sesudah skrining awal.

"Tekanan darah pasien 170/100 mmHg, nadi 80 kali per menit, frekuensi napas 20 kali per menit dan suhu 37." Ners Ika menghampiri Rania.

Semua dalam batas normal, kecuali tekanan darah. Itu pun tidak masuk dalam definisi 'krisis hipertensi'.

Dalam buku Pedoman Praktek Klinis Ilmu Penyakit Dalam, 'krisis hipertensi' didefinisikan sebagai kumpulan gejala klinis yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah mendadak pada penderita hipertensi dimana tekanan darah sistolik >180 mmHg dan tekanan darah diastolik >120 mmHg, disertai komplikasi target organ (jantung, otak, mata, ginjal dan arteri perifer).

Selesai meresepkan obat, Rania mengambil stetoskop kesayangannya di atas meja. Dia berjalan ke Bed 3.

Begitu membuka tirai dan mengucapkan salam, maniknya memandang terkejut saat melihat siapa yang menjadi pasien barunya.

Mama Windi.

"Mama kangen, jadi datang kesini untuk ketemu anak Mama. Tadi pagi Mama masak makanan kesukaan kamu. Nggak sengaja tangan Mama kecipratan minyak goreng."

Rania menggigit bibir. Dia merasa bersalah dan langsung mencium punggung tangan mama.

Sudah beberapa bulan ini Rania belum datang lagi ke rumah orangtua angkatnya. Komunikasi mereka hanya sebatas bertukar pesan atau video call.

"Mama belum minum obat hipertensi pagi ini?" Dia hanya menerka dan sepertinya tebakannya benar karena mama menggeleng.

"Mama bandel. Nanti Abang marah lho. Mama sudah punya dokter pribadi di rumah, juga."

Mama tersenyum mendengar omelan Rania.

Ners Ika yang hendak masuk, mengurungkan niat. Beliau tidak mau mengganggu privasi Rania dan ibunya.

Rania tetap memeriksa mama untuk memastikan tidak ada hal yang terlewat. Luka bakarnya benar grade satu.

"Mama bawa obat hipertensi?"

THE SECRETS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang