TS - Part 22

1.2K 380 54
                                    

"Hidup bukan selalu berbicara,
mengenai hasil akhir,

Tapi bagaimana cara kita,
berproses untuk jadi lebih baik."

----


Rumah Kenandra

Tidak ada yang luput dari perhatian papi Kenandra, termasuk urusan putra laki-lakinya. Sejak kecil Revan tumbuh sebagai anak yang penurut, sampai kemudian tumbuh remaja. Revan mulai berani memiliki keinginan berbeda dengan papi.

Termasuk rencana Revan bersekolah ke Oxford University dengan bekal beasiswa. Semua informasi itu telah diketahui papi dan membuat pria tua itu kecewa. Malam ini papi memanggil Revan dan sekarang keduanya duduk di ruang keluarga, sebagai dua orang pria dewasa.

"Apa ada yang belum kamu ceritakan mengenai rencanamu setelah lulus SMA?"

Revan tidak suka duduk berhadapan dengan papi, seolah ia diperlakukan sebagai terdakwa. Ia lebih nyaman bila papi duduk di sampingnya dan berbicara apa saja. Asalkan mau mendengarkan pendapatnya.

"Revan dapat beasiswa ke Oxford, Pi."

"Bukan ke Fakultas kedokteran seperti yang Papi mau?"

Revan mencoba menahan gejolak di dada. Ia tidak ingin bersikap kasar, karena tahu kondisi kesehatan papi dari dr Fariz. Meskipun dr Fariz enggan menyebutkan diagnosis penyakit papi.

"Papi bisa bangun satu RS baru untuk kamu praktek nanti, Van."

Mencoba menahan geram dan gelisah, akhirnya Revan merespon.

"Pi, apa Revan bisa minta satu hal?"

Papi menatap wajah sang putra bungsu.
Menanti hal apa yang akan diminta oleh Revan.

"Bisakah Revan menentukan masa depan tanpa campur tangan Papi? Revan ingin mandiri dan sukses tanpa bayang-bayang nama Papi."

Bibir Kenandra terbuka. Tiba-tiba dadanya terasa sesak karena tidak menyangka putra mahkotanya akan berkata demikian.

"Ada darah Papi yang mengalir di tubuhmu. Ikatan darah lebih kental dari apapun juga. Giliran kamu yang menentukan pilihan. Tetap kuliah disini dan tinggal untuk menjadi pewaris Papi atau pergi dari rumah dengan perempuan yang kamu sukai, tanpa membawa harta Papi."

Kedua manik Revan menyipit.

"Maksud Papi?"

"Semua gerak gerik kamu, Papi tahu. Papi harus memastikan semua anak-anak keturunan Kenandra berada di jalur yang benar. Termasuk dengan siapa mereka akan bersama. Kamu suka dengan putri tiri dr Fariz kan?"

Duaaar.

Seperti ada bom yang tengah meledak di samping Revan. Bagaimana mungkin Papi bisa tahu, sementara ia sendiri tidak pernah mengungkapkan perasaannya pada Kiara.

"Papi tahu kamu pagi-pagi berangkat ke RS untuk mendonorkan darah. Sesuatu yang belum pernah kamu lakukan seumur hidup. Apa kamu sangat sayang terhadap gadis itu, melebihi sayang kamu ke Papi? Apa gadis itu yang mendukungmu pergi jauh dari Papi?"

Revan mendadak sakit kepala dengan semua pertanyaan papi.

"Bisakah Revan hidup normal seperti anak laki-laki lainnya, Pi? Orangtua mereka selalu memiliki waktu luang untuk anaknya dan bukan memberikan sisa waktu."

Susah payah Revan mengeluarkan semua keluh kesah yang menghimpit dada.

Papi tidak akan mengerti. Tidak akan pernah mengerti.

"Gadis itu namanya Kiara. Iya, Revan memang menyukai dia. Bahkan mungkin kelak Revan ingin melamar dia, setelah dia lulus SMA. Setelah Revan sukses dan mapan."

THE SECRETS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang