TS - Part 8

1.3K 371 93
                                    


Semoga ada hal baik di part ini yang dapat menginspirasi. 🧡

Part ini tidak scary seperti part sebelumnya. 😊

-----

SMA Persada Nusa

Kemarin sore Kiara diantar dr Rania ke rumah Ustadzah Ulfa. Ada acara pengajian mingguan yang rutin Kiara ikuti.

Berkumpul dengan teman-teman yang shalihah, seketika memunculkan semangat baru dalam diri Kiara.

Teman pengajiannya rata-rata adalah santri yang mondok di pesantren  milik suami Ustadzah. Kebanyakan mereka mendapat beasiswa dari dermawan, sehingga bisa mondok sekaligus melanjutkan sekolah sampai jenjang Aliyah.

Dari mereka, Kiara banyak belajar mengenai arti kesungguhan belajar agama dan bekerja keras. Mereka tidak malu untuk membantu perekonomian keluarga, dengan cara yang halal.

Itu sebabnya Kiara, juga termotivasi untuk membantu ibu berjualan frozen food. Dia sama sekali tidak malu menawarkan ke guru-guru di sekolahnya yang terdahulu.

Salah seorang teman pengajian Kiara yang bernama Yana. Dia pandai membuat kerajinan tangan dari bahan daur ulang. Tas dari sampah plastik, sampai tempat pensil dari bungkus permen yang telah dibersihkan dan dijahit rapi dengan benang.

Yana juga mengajarkan ke Tisna dan Dewi, teman pengajian Kiara yang lain. Ketiganya memasarkan produk kerajinan tangan ke majlis-majlis pengajian yang dibina oleh Ustadzah.

Sayangnya, jari Kiara tidak mahir membuat kerajinan tangan. Dia hanya senang menulis.

Kadang kala, Kiara menulis kalimat-kalimat motivasi atau puisi di buku tulis, untuk menghibur diri. Menulis artikel dalam majalah dinding Rohis, baru-baru saja dia lakukan saat masuk SMA.

Sebenarnya Kiara juga ingin melanjutkan usaha ibu, berjualan frozen food. Tapi sejak ibu tidak ada, Kiara otomatis tidak berjualan lagi. Pelanggan ibu satu per satu juga tidak pernah menghubungi.

Terakhir sebelum Kiara pindah rumah, semua makanan beku di freezer dia titipkan ke rumah zakat. Untuk disalurkan sebagai infaq shadaqah atas nama ibu.

Siang ini Kiara berjalan ke arah kantin. Dia sudah shalat Zhuhur dan ingin makan batagor di warung Bu Rizka.

Kiara melihat beberapa pasang muda mudi yang tidak lain temannya dan ada juga kakak kelas.

Dari jauh dia sudah menatap pasangan yang tidak sungkan berpelukan dan ada juga yang berpegangan tangan.

Tapi begitu melihat Kiara datang, beberapa pasangan langsung melepaskan pelukannya.

Sebagian dari mereka, memandang tidak senang ke Kiara.

Kiara hanya ingin membeli batagor.
That's all.

"Assalaamu'alaikum. Ibu, saya mau pesan 1 porsi nggak pakai kentang. Batagornya aja. Sama air mineral satu ya Bu. Terima kasih."

Wajah Bu Rizka tampak sumringah, melihat pelanggannya datang.

"Wa'alaikumsalam Neng Kia shalihah. Duh, adem banget deh kalau Ibu lihat wajahnya Neng. Wajah-wajah bercahaya khas penghuni surga gitu."

Pipi Kia merona malu.

"Bisa aja nih, Ibu. Oya Bu, buku dzikir yang kemarin Kia bawain. Jelas nggak hurufnya buat dibaca?"

Kiara sempat membagikan buku dzikir seukuran dompet ke semua pedagang di kantin sekolah.

Harganya mungkin tidak seberapa, tapi Kia membelinya dengan uang tabungan sendiri.

"Alhamdulillah, jelas Neng. Ada huruf latinnya juga. Maklum, Ibu kan ngaji Qur'annya belum lancar."

THE SECRETS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang