TS - Part 30

2.7K 408 240
                                    

"Kelak kau akan mengerti,
Kisah cinta kita berdua,

Tanpa ada kata tapi,
Atau karena di dalamnya."

----

Revan Pov

Kisah cintaku dengan Kiara menuju akad suci pernikahan, baru saja dimulai. Kami mengawali dengan pertemuan keluarga. Mulai dari hal umum sampai pembahasan teknis acara.

Aku dan Kia sepakat mengadakan akad nikah dan walimatul 'urs secara elegan namun tetap khidmat. Di masa pandemi seperti ini, kami juga harus berempati untuk tidak menggelar acara penuh kemewahan. Insya Allah tiga bulan lagi kami akan menikah di aula masjid sekolah SMA Persada Nusa.

Pihak wedding organizer (WO) telah meminta izin untuk memasang tenda di halaman sekolah. Sebenarnya ini lebih untuk mengenang kembali masa-masa awal aku mengenal Kiara. Rencananya acara akan dilakukan hari Sabtu pagi, sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar.

Di pekan tersebut, tidak ada kegiatan ekskul karena masuk minggu tenang menjelang ujian akhir semester. Untuk makan besar akan dibawa pulang bersama suvenir pernikahan. Sedangkan untuk makan di tempat, berupa gubug-gubugan telah diatur agar tamu tidak berdesakan.

Semua makanan seperti siomay, batagor, mie bakso, mie ayam, toge goreng, cilok, sate ayam, soto daging, es doger, es teler, es krim semua kami pesan dari kantin sekolah. Konsepnya seperti nostalgia karena dulu semasa SMA, aku diam-diam duduk di kantin.

Aku yang biasanya jarang makan siang, mendadak jadi rajin ke kantin. Diam-diam aku makan sambil memperhatikan Kiara yang juga sedang makan. Menu favorit Kia tidak jauh-jauh dari siomay batagor di warung Bu Rizka. Definisi setia ala Kia itu susah berganti dari makanan yang dia suka.

Kalau dia sudah suka itu, seperti tidak ada bosannya. Pasti pesan itu dan itu lagi. Kalau definisi setia versi aku, sedikit berbeda. Aku tidak bosan menatap Kiara, meski hanya dari jauh. Sambil menyelam minum air. Sambil makan, aku bisa memantau kalau ada temannya yang masih berani mengganggu.

Malam ini aku kembali datang ke rumah Kiara. Kalau kalian mengira aku datang dan bisa bebas mengobrol berdua dengan Kia, mohon maaf harapan kalian salah. Tetap kami harus menjaga hati dan akhlak, karena belum sah menjadi pasangan suami istri. Kuakui ini berat pakai banget. Apalagi aku sudah menyimpan perasaan lebih dari lima tahun.

Ingin rasanya setiap hari kirim pesan, telepon, video call hanya untuk sekedar mendengar suara Kiara. Setelah aku pikir-pikir, Kia lebih bagus pengendalian dirinya dari aku. Apa mungkin kebanyakan kaum Hawa seperti itu ya. Beda sama kami, kaum Adam.

Akhirnya untuk mengobati rindu, kami lebih banyak bertukar ide mengenai konsep undangan dan acara akad di room chat. Di sana kami tidak mengobrol berdua, tapi juga melibatkan pihak WO.

Kalau masih ada kendala dan ada yang kurang berkenan untuk Kia, semua dia sampaikan. Aku ikut mendengarkan dan memberi masukan. Intinya kita sama-sama belajar untuk saling menghargai pendapat dan menurunkan ego masing-masing.

Pembicaraanku malam ini dengan ayah Fariz, mulai masuk ke tahap yang lebih serius. Sengaja aku datang mendekati jam 9 malam, supaya Kia sudah tidur. Karena pembicaraan malam ini menyangkut topik yang cukup sensitif.

"Mau minum apa, Van?" Ayah Fariz menawarkan.

"Air putih aja, Yah. Tadi sudah beli satu sebelum ke sini, tapi ada di mobil."

Alhamdulillah dari keuntungan bisnis kafe, aku bisa membeli mobil keluarga. Cukuplah mobilnya untuk aku, Kiara dan calon dua anak kami berdua. Tolong aminin ya, kalau nanti kami sudah sah.

THE SECRETS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang