TS - Part 9

1.2K 382 79
                                    


Thank you for your kindly Votes ⭐⭐⭐ and comments in this part.

-----

Happy reading.

-----

SMA Persada Nusa.

Dina, Kinan dan Wimala akhirnya datang ke acara bersih-bersih masjid di hari ahad pagi. Ternyata tidak seperti yang mereka bayangkan sebelumnya.

Yang ada di benak mereka, kegiatan itu identik dengan membersihkan kamar mandi putri dan tempat wudhu. Sampai ke kloset-klosetnya.

Belum lagi mesti menyapu dan mengepel tempat shalat khusus akhwat.  Termasuk membersihkan sarang laba-laba di atas lemari kaca tempat  mukena.

Sudah ada pembagian tugas dan nama ketiga gadis itu tidak masuk ke dalamnya. Karena memang bukan pengurus Rohis.

Bagian-bagian sulit seperti mencuci kisi-kisi jendela dan membersihkan sarang laba-lab, sudah dikerjakan ikhwan.

Untuk akhwat, hanya bertugas mencuci mukena yang sudah dimasukkan ke dalam tas kain. Masing-masing membawa mukena bekas pakai ke rumah dan membawanya lagi tiga hari kemudian setelah bersih dan disetrika.

Sudah ada tiga pasang mukena baru yang ditaruh di lemari. Sisanya yang dibawa pulang.

"Udah, cuma gini doang kerja baktinya? Ngapain datang pagi-pagi ke sekolah kalau cuma untuk cuci mukena? Besok juga bisa." Wimala ngedumel.

"Terima kasih ya, sudah mau datang."

Kiara menghampiri ketiga gadis yang pernah membullynya.

Mungkin mereka terpaksa datang, karena Pak Rahmat guru BK juga memantau kehadiran.

"Hutang kita lunas. Besok-besok kita nggak perlu datang lagi, ke acara Rohis." Dina bersiap pergi dan memakai kembali kaus kakinya.

Mereka duduk di sayap kiri masjid, khusus untuk bagian akhwat.

Kiara memakai sepatunya dan masuk ke dalam sekertariat Rohis yang bersebelahan dengan Masjid sekolah.

Dia kembali dengan membawa sesuatu.

"Ini dibawa ya, untuk makan siang."

Gadis itu membawa tiga nasi bungkus dalam daun beserta tiga botol air mineral.

"Hah? Kok dibungkus pakai daun? Higienis nggak nih? Kenapa nggak pakai nasi kotak aja, sih?" Kinan protes.

Kiara mencoba bersabar menghadapi trio siswi di depannya yang terus menerus complain.

Padahal sejak awal Kiara sudah mengatakan kegiatan kerja bakti ini bersifat sukarela untuk semua murid. Tidak ada kewajiban untuk datang.

"Kalau nggak suka, kalian boleh kasih ini ke orang lain. Kami pesan ke Bu Rizka yang punya warung batagor di kantin. Hitung-hitung bantu beliau. Suami beliau sudah wafat setahun lalu karena kecelakaan lalu lintas. Anaknya masih SMP dan anak sulungnya ada yang seumuran kita."

Kali ini Dina, Kinan dan Wimala terdiam dan akhirnya terpaksa mengambil nasi bungkus itu.

"Ini bayar berapa?" Kinan menyadari kalau bisa jadi bukan makan siang gratis yang mereka terima.

Kiara tersenyum. Dia memisahkan nasi dan botol mineral dalam tiga tas kain yang ramah lingkungan.

"Gratis kok. Sudah dibayar pakai kas Rohis. Sudah selesai acaranya. Silahkan kalau mau pulang."

Wimala tertegun. Dina dan Kinan juga sama.

Terbayang di memori mereka, ketika mereka bertiga termakan hasutan Arsya untuk bersekongkol melempar telur mentah ke wajah Kiara.

THE SECRETS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang