TS - Part 15

1.3K 370 113
                                    

Mohon maaf, part ini akan mengandung tindakan tidak terpuji.

Dimohon tidak meniru atau melakukannya.

Semoga dapat mengambil hikmah yang baik, agar kejadian ini tidak terjadi di kehidupan kita.

-----

"Seperti hujan yang membasahi kemarau,

Hadirmu jadi alasan
kebahagiaanku."

-----

Kamar Emerald 807

"Kia mau mandi sendiri? Nggak mau Tante waslap aja? Kia masih lemas lho. Nanti kalau jatuh di kamar mandi, gimana?" Rania mencoba membujuk.

Kiara menggeleng.

"Kia malu kalau dimandiin."

"Tapi Kia 'kan lagi sakit."

Rasanya percuma Rania mencoba memberi nasihat. Akhirnya dia mengalah dan mengantar Kiara ke kamar mandi.

"Tante nggak marah 'kan? Badan Kia lengket banget kalau nggak mandi."

Rania hanya bisa mengatakan tidak. Mana bisa dia marah ke Kia yang manis dan baik hati.

"Jangan lama-lama di dalam. Nanti Kia menggigil kedinginan. Ini infusnya Tante matiin dulu, supaya darahnya nggak naik."

"Iya Tante. Terima kasih."

Tidak lama Kiara masuk ke kamar mandi, setelah Rania lebih dulu menyiapkan handuk, alat mandi dan pakaian ganti dari RS.

Pintu kamar perawatan VVIP diketuk dari luar.

Suara dr Fariz terdengar, membuat Rania akhirnya berbisik di depan pintu kamar mandi.

"Kia, ada Om Fariz. Nanti kalau kamu mau keluar, langsung pakai kerudung ya."

Terdengar deheman dari dalam kamar mandi.

Rania berjalan ke arah pintu dan membukanya.

"Kiara kemana?"

Fariz memindai sekeliling. Rania jadi tersenyum geli. Seperti sedang mencari pasien yang sedang kabur dari RS.

Wajah khawatir Fariz menjadi pemandangan pagi yang menyenangkan untuk Rania.

Wajah Fariz tak ubahnya wajah seorang ayah yang sedang mencemaskan putrinya.

Sepertinya Fariz mulai terkena virus jatuh sayang pada Kiara, sama seperti Rania.

"Kia lagi mandi. Masuk Bang. Mau dibuatin teh?"

Kali ini Fariz tidak menolak. Ibarat tamu, ia menerima tawaran minum dari nona rumah dengan suka hati.

Ada dapur mini di kamar VVIP yang memudahkan Rania membuatkan minuman. Dia heran sepagi ini Fariz masih terlihat segar dan tidak mengantuk. Berbeda dengan Rania yang sejak tadi sudah beberapa kali menguap.

Rasa kantuk Rania sedikit berkurang setelah terkena percikan air wudhu. Dia ikut shalat Shubuh berjama'ah di mushola IGD. Fariz menjadi imam dan ada jama'ah lain yang ikut menjadi ma'mum.

"Kamu kelihatan capek, Ran. Mau gantian sama Mama buat nungguin Kia? Abang sudah telepon Mama buat nemenin kamu disini."

"Aku malah nggak enak ngerepotin Mama." Rania membawa secangkir teh panas dan menaruhnya di atas meja.

"Mana ada ngerepotin? Mama malah senang ketemu kamu. Istirahatlah. Abang nggak mau kamu ikutan sakit."

Fariz memperhatikan di IGD tadi, Rania bersin beberapa kali.

THE SECRETS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang