"Karena sendiri kadang melemahkan,
dan berdua dapat saling menguatkan."----
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Kedua pria di depan Kiara saling berjabat tangan. Ayah Fariz merengkuh Revan erat, seperti sedang menyatakan rasa kebanggaan yang amat sangat.
Bolehkah di saat ini Kiara kembali menitikkan air mata karena terharu. Dia sekali tidak menyangka akan menjadi saksi persahabatan dua generasi.
"Selamat dr Revan Kenandraputra. I'm so proud of you." Dokter Fariz menepuk pundak Revan beberapa kali.
Revan tersenyum bahagia, tapi sepertinya masih belum menyadari keberadaan Kiara yang masih duduk di kursi.
"Om kesini sama Tante Rania? Tante dimana?"
Dokter Fariz menunjuk ke arah Kiara yang jadi salah tingkah.
"Tante lagi hamil muda, tadi minta menunggu di luar saja biar nggak capek. Om ditemani sama putri kesayangan."
Kiara berdiri kikuk dan hendak mengucapkan selamat.
"Ini Kiara? Masya Allah kamu kok tambah tinggi, Ki. Pakai heels ya."
Revan tertawa jenaka. Ia sampai lupa mengucapkan selamat untuk kehamilan tante Rania, karena terkejut melihat Kiara. Padahal jelas-jelas Kiara memakai flat shoes.
"Dari dulu tingginya segini juga, Kak. Selamat, Kakak sudah menjadi dokter dan wisudawan terbaik." Kiara agak cemberut, meskipun tahu Revan hanya bercanda.
"Ini untuk kamu." Revan menyerahkan medali kelulusan dan juga trofi yang mengukir namanya di sana.
Kiara menggeleng.
"Ini untuk Mami dan Papinya Kak Revan. Do'a mereka selalu menyertai Kakak, sampai bisa menjadi dokter seperti sekarang."
Revan tertegun. Sejak kapan Kiaranya berpikir sedewasa ini?
"Om Fariz, saya boleh minta waktu untuk bicara sebentar sama Kia? Di sini aja Om. Kamu mau 'kan, Ki?"
Kiara menatap ke arah dokter Fariz yang tampak ragu untuk mengizinkan.
"Oke, saya akan duduk di dekat kalian sambil mengawasi. Kia adalah putri saya dan tanggung jawab saya untuk menjaganya."
Kiara terharu mendengar perkataan Ayah Fariz. Baginya sosok seorang ayah yang tidak pernah dia dapatkan, ada pada dokter Fariz.
"Nggak lama kan, Kak?" Kia ganti bertanya.
"Kamu boleh ingetin Kakak, kalau kelamaan. Kakak cuma butuh teman bertukar pikiran."
"Alhamdulillah kalau cuma teman." Kiara bernapas lega.
"Sekarang memang teman, tapi nggak tahu kalau nanti." Revan menggumam, berharap Kiara tidak mendengar.
Suasana auditorium dan serebrasi kelulusan baru saja usai. Masih ada beberapa wisudawan terlihat berfoto bersama di atas podium.
Revan dan Kiara duduk berjarak sambil sesekali menatap ke arah podium. Momen wisuda memang jadi hal yang tak terlupakan.
Kiara tersenyum melihat teman-teman Revan yang masih asyik berfoto dengan gaya seru. Ada juga gaya konyol yang mengundang tawa. Setidaknya itu bisa mengurai kecanggungan di antara mereka.
"Terima kasih Kia, sudah mau jauh-jauh datang ke sini."
"Aku memang punya tujuan datang ke sini untuk mengajak Kakak balik ke Jakarta. Kakak apa nggak kangen sama orang tua?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECRETS
RomanceThe Secrets Cerita ini berkisah mengenai cinta di antara BANYAK TOKOH di dalamnya. Satu dan yang lain saling meniadakan, saling membenci dan salah satu menjadi penggemar rahasia. Sadar atau pun tidak disadari. Layaknya drama kolosal, untuk pembaca...