"Good values come from good people."
-----
Satu pekan kemudian.
Rumah dr Rania
Kiara baru selesai membersihkan diri di kamar mandi, ketika sebuah pesan masuk ke gawainya.
Dia menaruhnya di atas meja belajar, di samping lap top yang masih terbuka. Dia baru mengetik beberapa paragraf awal, untuk tulisan yang rencananya akan dikirim lomba Essay.
Lap top ini adalah hadiah ulang tahun Kiara setahun lalu. Saat Kiara memperoleh nilai kelulusan SMP dengan nilai terbaik.
Pesan yang muncul di layar ponsel, menampilkan nomor tak dikenal.
Siapa yang mengirim pesan malam-malam begini?
Kiara duduk di depan meja dan membaca pesan yang masuk.
"Assalaamu'alaikum. Kia, ini saya Revan. Saya dapat nomor kamu dari Sofi. Maaf kalau ganggu."
Kak... Revan?
Gadis itu tertegun.
Bisa dihitung dalam bilangan sepuluh jari, berapa banyak nama teman laki-laki Kiara yang mengirimkan pesan melalui gawai.
Tidak banyak. Sebagian adalah teman SMP dan teman SMAnya di sekolah lama. Itu pun dia simpan terkait kerja kelompok di sekolah.
Tapi Kak Revan?
Ini pertama kali lelaki itu mengirim pesan ke Kiara.
"Wa'alaikumsalam. Iya Kak."
"Kamu nggak marah 'kan, saya chat malam-malam?"
Marah? Dia tidak marah, hanya saja merasa aneh.
Apa ada hal penting terkait sekolah, yang akan mereka bicarakan malam ini?
"Kenapa harus marah?" Kiara mengirim balasan.
"Saya pikir kamu tidak suka berteman dengan laki-laki. Tidak suka kalau ada yang kirim pesan atau telepon."
"Tergantung sih, Kak. Kalau ada yang penting, aku balas. Kakak ada perlukah, sama aku?"
Kiara sama sekali tidak tahu, butuh keberanian lebih dari tujuh kali 24 jam bagi pria di seberang. Untuk sekedar mengirimkan pesan malam ini.
"Saya cuma mau reminder, kalau tenggat waktu lomba Essay tersisa dua pekan lagi. Sayang sekali kalau sampai kamu nggak ikutan lomba. Kamu punya bakat menulis."
"Siap Kak, terima kasih telah mengingatkan." Kiara tersenyum.
Ada secercah rasa bahagia di hatinya, ketika mendapat dukungan orang lain untuk melakukan hal positif.
"Kalau boleh tahu, Essaynya mengambil tema apa? Mungkin ada yang bisa saya bantu." Revan lagi.
Kiara menarik napas dalam.
Sebenarnya dia sulit berbagi cerita dengan orang lain, apalagi itu adalah orang yang baru dia kenal.
Hanya ibu, Ustadzah Ulfa dan Dira yang selama ini menjadi teman Kiara bercerita.
"Temanya tentang survival and struggle, Kak."
"Bertahan dan berjuang?" Revan menerjemahkan.
"Ibu mengajarkan saya, bahwa hidup yang kita jalani adalah medan untuk berjuang. Bukan berjuang untuk hidup. Hidup adalah cara kita belajar untuk jadi lebih baik setiap harinya. Mempertahankan hal baik yang menjadi prinsip, sekalipun banyak orang tidak suka."
Baru kali ini Kiara membalas pesan panjang lebar.
"Good values come from good people, right?" -Revan-
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECRETS
RomanceThe Secrets Cerita ini berkisah mengenai cinta di antara BANYAK TOKOH di dalamnya. Satu dan yang lain saling meniadakan, saling membenci dan salah satu menjadi penggemar rahasia. Sadar atau pun tidak disadari. Layaknya drama kolosal, untuk pembaca...