TS - Part 19

1.5K 401 125
                                    

Mohon maaf, belum jadi tamat. 😊

Jangan lupa tekan Votes ⭐⭐⭐ dulu, sebelum membaca.

Terima kasih. 🌻

----

"Hati itu bagaikan cermin,
Jika gelap berlumur dosa,
Tak akan mudah ditembus cahaya."

----


Jam 17.00

RS Husada Medika

Ada seseorang yang saat ini hanya dapat menatap dari kejauhan. Dari balik pohon angsana yang menjadi peneduh di halaman belakang RS, pria itu menjadi saksi bisu.

Ia melihat keakraban yang terjalin penuh cinta, antara Rania dan putrinya. Ada seorang pria lagi yang ikut bersama, memakai seragam dokter jaga. Mungkin pria itu calon suami Rania.

Kiara tampak bahagia, tertawa bersama orang-orang yang menyayanginya. Bahagia, adalah kata yang telah lama hilang dari hati Reygan.

Bahagia yang selama ini ia cari, justru ia dapatkan setelah bertemu Kiara. Meski hanya bisa menatap dalam diam, rasa sayang dan rindunya mengalir deras tanpa kuasa ia bendung.

Suatu hari nanti, jika saatnya tiba. Ia akan mengenalkan diri di depan Kiara. Ia akan memeluk putrinya, hanya jika Allah mengizinkan.

Apa saja yang bisa ia lakukan untuk menghapus dosanya di masa lalu, akan ia lakukan. Termasuk memperbaiki diri agar Allah memberinya kesempatan. Agar Kiara mau menerima dirinya.

Bayangan Kiara terlihat semakin menjauh dan kemudian menghilang.

Hari ini Reygan sengaja datang ke RS, karena ia merindukan putrinya. Cukup seperti ini, hatinya sudah tenang.

Gawai di saku denim yang dikenakan Reygan, tiba-tiba berdering.

Arsya?!

"Ya Nak. Ada apa?"

"Papa dimana?"

Suara Arsya terdengar cemas.

"Papa masih di luar kantor. Kenapa Nak?"

Suara di seberang kini mulai menangis.

"Kamu kenapa?" Reygan berusaha bertanya lembut.

Tasya, istrinya dan juga mama dari Arsya selama ini tidak dekat dengan putrinya sendiri.

Arsya lebih sering bercerita kepada Reygan, meskipun sering ia memarahi putrinya karena pulang larut malam.

"Papa, aku takut. Aku sekarang di lantai atas gedung kantor Papa."

Rahang Reygan mulai mengeras. Ia mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres.

Rasanya mirip ketika ia membatalkan pesta ulang tahun Arsya dan gadis itu mengancam akan terjun dari gedung kantor Reygan.

"Kamu yang tenang, Sayang. Papa kesana sekarang, jemput kamu."

"Pa, maafin Arsya. Arsya nggak pernah dengerin nasihat Papa."

Selagi mereka masih terhubung, Reygan tetap berusaha menenangkan putrinya.

"Iya sudah Papa maafkan. Kamu tunggu Papa."

"Pa, Arsya telat haid. Arsya takut hamil." Suara tangis Arsya pecah.

Seperti ada petir yang baru saja menyambar di depan Reygan. Ia seolah tidak mempercayai pendengarannya.

Lagi.

Akankah sejarah masa lalunya berulang kembali.

"Nanti kita bisa bahas di rumah. Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Papa dan Mama. Jangan sekali-kali kamu menyakiti diri sendiri."

THE SECRETS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang