24. Ditunda?

32 3 16
                                    

Penampilan memang adalah hal yang utama ketika kalian ingin pergi ke acara apa pun itu jenisnya, semua orang akan memandang pertama kalinya yaitu tentu saja penampilan. Hari ini di mana acara Graduation di sekolahnya akan segera di mulai, Hanu sangat antusias dengan hari ini karena sejak pukul delapan pagi tadi dirinya sudah pergi meninggalkan rumah dan berakhir di salon karena tidak ingin menunggu terlalu lama oleh antrean orang lain yang membuatnya jenuh menunggu.

Menunggu adalah hal yang paling membosankan, apalagi menunggu ia yang tak kunjung datang juga.

Hanu menghabiskan waktu kurang lebih dua jam demi menginginkan gaya rambut pilihannya yang menurutnya cocok jika berada di pesta malam nanti. Gaya rambut bergelombang serta ash blue sebagai warna rambutnya.

Penata rambut terlihat masih asyik memijat kulit kepala Hanu dengan vitamin rambut sebagai sentuhan akhir dari seuntaian kegiatan menata rambutnya.

"Sudah selesai, Nona."

Hanu refleks membuka matanya saat penata rambutnya berseru. Mungkin Hanu tertidur menikmati setiap sentuhan yang dilakukan penata rambutnya.

"Oh udah ya?" Melihat pantulan dirinya di depan cermin sembari mengibas rambutnya yang sudah selesai di tata sedemikian rupa atas keinginannya.

"Nona sangat cantik dengan gaya rambut ini. Boleh saya izin ambil foto Nona? Sekalian untuk contoh stylish untuk salon ini."

"Oh boleh-boleh."

Hanu beranjak dari tempatnya duduk. Penata rambut itu mengambil ponselnya dan mulai memotret dari depan belakang dan juga samping. Setelah pemotretan dadakan itu selesai, tak lupa mereka juga berterima kasih sekalian juga meminta izin kembali darinya untuk mengunggah fotonya di akun sosial media milik tempat salonnya.

Rencana hari ini yang telah disusun Hanu sedemikian rupa dari semalam, setelah pergi ke salon ia berniat akan ke rumah sakit untuk membuka perban yang masih setia melekat di tangan kanannya. Alasannya hanya sepele, karena takut memengaruhi penampilannya nanti malam yang kalau diingat kembali masih membutuhkan waktu seminggu lagi untuk membukanya. Di halaman salon, jemarinya terlihat mengotak-atik layar ponsel demi mendapatkan satu order jasa penjemputan online menuju rumah sakit tempat ia dahulu merawat tangan kanannya yang patah akibat kecelakaan di acara sekolah.

Butuh waktu beberapa menit untuk menunggu orderan jasa tersebut sampai pada titik di mana Hanu berada, sambil menunggu ia iseng-iseng berkaca di depan layar ponselnya yang mati, memeriksa kembali hasil tataan rambutnya. Hampir saja kalau Hanu tidak sigap, ponselnya akan jatuh ke tanah saat dia sedang berkaca. Satu panggilan telepon tertera di layar ponselnya dan menunjukkan nama beserta nomor teleponnya yang membuat Hanu terkejut.

Tante Jingga alias Ibunya Theo meneleponnya.

"Iya, tante?"

"Kamu ada di salon mana, nak?"

Alis Hanu mengerut lantaran mengapa Tante Jingga bisa mengetahui di mana keberadaannya. "Hanu ada di salon Beauty Hair and SPA Body, kok Tante bisa tahu aku ada di mana?"

"Tadi tante ke rumah kamu, kata orang rumah kamu ada di luar, jadi Tante telepon kamu karena emang ada hal yang penting mau sampaikan pada kamu."

"Oh gitu. Tapi Tan, Hanu mau terus ke rumah sakit, ini juga lagi nunggu gojeknya nyampe."

"Batalin aja. Nanti Tante gantiin uang ongkos kamu kalau emang CS gojek mau ngebalikin uangnya. Jangan diterima, itung-itung amal."

"O-ke."

Setelah sambungan teleponnya terputus, detak jantung Hanu memompa lebih cepat saat tahu Tante Jingga ingin membicarakan sesuatu yang penting dengannya. Hanu berfirasat pasti akan membahas rencana perjodohannya dengan Theo. Tangan Hanu bergetar karena gugup saat hendak menekan tombol pembatalan pesanan dan memasukkan kalimat alasan yang tertera di layar ponsel. Dalam benaknya pasti akan menanyakan kenapa dia pergi begitu saja di acara pertemuannya malam itu bersama Theo karena demi mengejar Yogi yang ia tunggu kabarnya selama beberapa pekan terakhir ini.

You Must be Mine (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang