20. Bad Night

472 30 34
                                    

Berhubung sekarang adalah masa kejayaan siswa dan siswi paruh ketiga, mau sekolah atau pun tidak itu tidak jadi masalah buat mereka. Beragam kegiatan yang telah disusun sesuai rencana untuk mengisi masa itu pun mulai memadati jadwal aktivitas mereka masing-masing. Apalagi kegiatan yang kerap setiap tahun angkatan terakhir selalu hadir dalam kalender. Sudah bisa ditebak, konvoi serta kawannya coret-coret seragam sekolah. Itu sudah jadi kebiasaan yang sudah mendarah daging bagi anak-anak tahun angkatan terakhir untuk merayakan hari kelulusannya. Biasanya mereka akan beramai-ramai menaiki motor, memadati jalanan tak lupa dengan sekujur tubuh sudah dipenuhi semprotan pilox warna-warni yang sudah mirip dengan es pelangi. Tak luput juga kegiatan itu bisa meresahkan warga sekitar dengan kehadiran mereka yang dinilai tidak memiliki attitude yang baik, mengundang perhatian polisi untuk segera menggrebeknya. Bukan hanya karena soal melanggar peraturan lalu lintas, tetapi reputasi sekolah pun turut terbawa jadi ancaman. Niat awal ingin bersenang-senang berujung jadi duka.

Berbeda dengan Hanu dan Harun yang menghabiskan masa kejayaannya dengan seharian membereskan seluruh isi kamar Hanu yang ia sempat tinggalkan selama terbaring di rumah sakit. Memang tidak terlalu berat karena Bi Mimin setiap harinya membersihkan sebagian dari isinya. Di mulai membersihkan tempat tidur sampai mengelap seluruh permukaan yang berdebu halus. Hingga saat ini mereka berdua tengah memilah-milah sekaligus membereskan baju Hanu di lemari yang tampak mirip tumpukan lap karena saking berantakannya. Baju yang tidak dipakai akan dipisahkan dengan yang selalu ia pakai dan berniat akan diberikan kepada orang yang membutuhkan. Ide itu muncul saat ia tengah bingung mencari pakaian yang cocok untuknya dipakai hari ini, dilihat ada banyak sekali pakaian dengan berbagai macam style yang berbeda dan berantakan.

Hanu bukan tipikal orang yang pandai membereskan seluruh pakaiannya layaknya orang yang bahkan kerap menyimpan baju dengan gaya aesthetic zaman sekarang. Selain bisa menghemat ruang penyimpanan untuk menyimpan pakaian yang lain, juga di dalamnya terdapat nilai seni yang cukup menarik. Hanu tidak peduli dengan gaya aesthetic-aesthetic macam apa pun itu lah, karena menurutnya itu terkesan ribet. Terkadang ia juga pernah menyimpan pakaian di lemari tanpa dilipatnya terlebih dahulu.

"Ini baju yang lama gak dipake mau kemanain dulu?" Tanya Harun yang membawa tumpukkan baju Hanu di kedua tangannya.

"Taro aja di sana, ntar gue kardusin."

"Emang lo gak ada cowok lain gitu? Sampe baju sendiri dikerdusin." (digombalin)

"MAKSUD GUE NTAR BAJUNYA DIMASUKKIN KE KARDUS BUKAN DIKERDUSIN, ABANG!" Teriak Hanu kesal pada Kakak beda satu tahun itu dengannya.

"GAK USAH PAKE TERIAK BISA NGGAK? NTAR KUPING GUE PECAH."

"LAH ANJAY LU JUGA BALIK TERIAK?"

Harun mengabaikan perkataan Adiknya yang memang ada benarnya. Tangannya kembali meraih pada tumpukkan baju yang belum sempat dilipat. Bibirnya terus berdecap tidak percaya ada seorang gadis seperti ini yang sampai malas melipat bajunya sendiri sembari tangannya melipat baju Hanu. Beberapa setelan atasan bajunya ia lipat dan dimasukkan pada lemari. Harun memang terampil merapikan baju karena memang ia selalu mencuci dan merapikannya sendiri tanpa bantuan Bi Mimin, tapi jikalau situasinya sedang darurat atau ada kegiatan yang memadati jadwal sehari-harinya, ia selalu meminta bantuan Bi Mimin dengan diberi imbalan uang sebesar seratus ribu rupiah. Sepertinya Harun tidak perlu melakukan itu karena sudah kewajiban Mamanya yang memberi uang gaji pada Bi Mimin. Kadang Bi Mimin menolak uang itu, tapi Harun suka memaksanya dengan alasan lumayan tambah-tambah uang jajan.

Berbeda jauh dengan Hanu, yang kadang sikapnya yang satu itu lebih mirip dengan angin, kadang rajin kadang malas gak ketulungan. Harun kembali pada tumpukkan baju ketiga yang entah ada berapa tumpukkan baju di sana, tangannya berhenti melipat saat ia mengambil satu buah hoodie zipper hitam yang bagian depannya diberi sablon berwarna pink dengan gaya bahasa anak gaul Jakarta Selatan yang suka mencampur-adukkan antara Bahasa Indonesia dan Inggris, 'Aku not Happy tanpamu'.

You Must be Mine (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang