Hanu hanya bisa memandang satu per satu wajah murung teman-temannya setelah beberapa menit yang lalu. Entah kenapa, karena saat pukul dua siang tadi dirinya mendapat pesan grup di ponselnya dan mengatakan bahwa para temannya itu akan datang ke rumahnya dan melakukan bengong berjamaah di dalam kamarnya seperti saat ini. Awalnya Hanu menolak permintaan para temannya itu, namun mereka tetap bersih keras akan datang dengan alasan janji tidak akan membuat kekacauan di dalam rumahnya. Janji ya janji dan Hanu pun menyesalinya, setalah mereka datang ke rumahnya dengan kedua tangan masing-masing membawa satu kantung plastik berwarna putih berisikan snack dan minuman. Saat Hanu membuka pintu rumah dan melihat mereka membawa kantung keresek itu, dirinya sudah berasumsi kamar tidurnya akan menjadi lautan sampah plastik.
Hanu kembali menenggelamkan wajahnya pada guling empuk kesayangannya, bodo amat tentang pikiran teman-temannya sekarang padahal dirinya pun sama seperti mereka.
"Nu, pinjem char---" Harun membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu dan langsung melongo dengan pemandangan isi kamar Hanu, yang mirip dengan kamar mayat karena melihat ekspresi teman-temannya yang tidak bergerak sekalipun.
"Apa, Bang?"
"Teman-teman lo kenapa dah? Gue jadi takut sendiri." Ucap Harun bergidik takut.
"Harun beruntung yah, gak kayak kita-kita." Celetuk Calya dalam diamnya.
"Ma-maksud lo apa?"
"Gue mau masuk ke golongan orang beruntung kayak si Harun dong Ya Allah." Yozita berteriak di dalam selimut bed cover milik Hanu.
"Heh, lu lu pada daripada kek gini mending solat dulu sana gih minta tolong sama Allah, bukan mengo kek gitu. Gue tahu perasaan kalian saat ini lagi gak karuan, tapi setidaknya jangan kek gini lah merinding gue lihatnya. Berusaha atuh gengs."
"Ngomong lancar ye kumbang, udah kepepet gini disuruh berusaha." Ucap Yozita sambil mengibaskan selimut Hanu sekaligus.
"Heh daripada gak berusaha sama sekali borr, inget pepatah, hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha."
"Kebalik gak beb?" Chayra menyolek pundak Gina yang sedang asik membuat pulau kapuas di atas bantal Hanu.
"Au ahh mager mikir gue."
"Udah mah sok, salah lagi. Hush minggat sono, noh charger-an di atas meja." Hanu menunjuk meja rias dengan menggunakan kepalanya.
"Yeu gue kan cuman beri saran." Harun berjalan melewati pulau manusia yang tidak berdaya ini untuk mengambil charger ponsel di atas meja rias.
Terlihat di luar sana, langit perlahan berubah menjadi oranye dan sinar matahari perlahan mulai meredup. Sampai itu juga Hanu belum juga mendapatkan kabar apa pun dari Ayahnya atau suara mobil yang berhenti di halaman rumah. Ditambah juga Hanu sudah kesal dengan kelakuan teman-temannya saat ini dan ingin mereka segera angkat kaki dari rumahnya. Sesekali dirinya mengecek ponselnya apakah ada notifikasi masuk yang tidak ia sadari karena Hanu menyalakan mode getar. Ia kembali menaruh ponselnya di depan wajahnya, belum beberapa detik ia menyimpannya, ponselnya bergetar dan itu mengundang Hanu untuk segera mengeceknya.
Oh bukan, layar ponselnya mati. Ternyata ponsel Yozita lah yang berbunyi. "Ta, hape lo nyala."
Yozita yang sedang melamun lantas segera untuk mengangkat teleponnya. "Iya, mak?"
"Ini udah sore, kamu di mana?"
"Ita di rumah temen, mak. Kenapa?"
"Pulang cepet, emak mau ngomong."
Mendengar Ibunya berkata seperti itu, Yozita langsung terdiam dan detak jantungnya memompa lebih cepat dari biasanya. "I-iya mak, Ita pulang sekarang."

KAMU SEDANG MEMBACA
You Must be Mine (SELESAI)
FanfictionNEW VERSION!! Hanu tidak mengira, jika Ibunya melakukan rencana perjodohan yang sama sekali tidak dirundingkan terlebih dahulu dengannya. Bahkan ia harus mengorbankan hubungannya yang sudah terjalin semenjak zaman memakai seragam putih-biru. Siapa...