Matahari nampak sudah bersembunyi di balik ufuk barat sana. Meninggalkan suasana menjadi gelap seperti menuangkan seluruh isi kaleng cat hitam di atas kanvas putih. Diberi sedikit gliter bening diatasnya agar tidak terkesan kelam dan menakutkan. Biasanya semua orang sudah menyelesaikan rutinitas mereka masing-masing menuju tempat istirahatnya sejenak sebelum memulai kembali bangun untuk beraktivitas yang biasa dilaluinya. Di jalanan besar di seberang sana pun tampak lenggang kendaraan apalagi di jalanan kecil. Semuanya tampak redup suara kecuali jalanan yang satu ini tampak berimbun orang berkumpul di sini. Rata-rata orang yang berkumpul di sini adalah kalangan anak remaja dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan 1:1. Suasana nampak riuh di sini kala melihat seorang joki yang sedang melakukan aktrasi dengan motor yang di desain sebagai yang biasanya orang khusus gunakan di sirkuit. Acaranya pun belum dimulai jadi terlihat sebagian orang di sana tampak bersantai ria sebelum sang wasit memberi aba-aba untuk dua joki melesat dari garis start.
Keningnya mengerut kala jemarinya menggeser time line story media sosialnya menampakkan sekelompok orang yang sering ditemuinya di sekolah. Pada akun dengan memiliki nama pengguna @itsrealshezi terpampang jelas di ujung layar ponselnya memposting salah satu foto bersama dengan sekumpulan temannya yang lain.
"Oh lagi pada ngumpul katanya." Jisa berdecih kala matanya menangkap salah satu pose gaya salah satu teman Shezi yang membuat ulu hatinya agak sedikit mencelus.
"Kenapa?" Risa yang baru saja datang tanpa berhenti mulutnya menggiling sebuah snack kentang yang baru saja ia beli.
Tangan Jisa menunjukkan ponselnya pada Risa yang hanya direspon anggukkan olehnya kemudian duduk di sebelahnya.
"Respon lo gitu doang?"
"Ya terus gue kudu pasang muka tercengang, heboh terus bilang 'Wow mereka lagi ngumpul, makan-makan, jadi pengen deh' nggak ya Jis. Kampungan gak kayak gitu tuh." Risa mencebik dengan mata menyipit tajam.
Detik berikutnya Risa terdiam sesaat dan merebut ponsel Jisa untuk melihat kembali postingan Shezi.
"Oalah, jadi ini toh yang ngebuat lo bete." Risa menunjuk pada gaya Yogi yang merangkul Hanu yang tepat posisinya di ujung layar.
Risa dapat melihat bagaimana Jisa menghembuskan napas berat dengan tatapan nanar pada layar ponselnya. Risa yang tahu apa yang tengah digeluti di dalam pikirannya langsung menolek dagunya membuat tangannya tertepis dengan wajah kesal terlempar padanya.
"Kok ngamok? Masih belum gamon ya?" Tawa ledek Risa kembali dihujami dengan pukulan cukup keras mendarat di lengan kirinya.
"Nyebelin banget sih lu!"
"Bilang aje iya. Lu masih ngarep sama si Yogi dari zaman purbakala?"
"Ck. Gue udah move on sebenernya. Tapi entah kenapa setiap gue ngeliat mereka berdeketan gitu kek ada yang atit di sini." Jisa menunjukkan di mana letak hatinya berada.
"Gak ada niatan buat nyerempet gitu?" Tampak alis Risa berjengit dengan senyum seringainya.
"Gak yah. Gue bukan kayak si Kenny." Jawab Jisa cergas.
"Di sini boleh ikhlas, Jis. Tapi di sini gak bisa dibohongin." Jemari Risa menunjuk pelipis Jisa dan kemudian turun di dada kirinya secara bertahap.
Jisa tidak menjawab dan hanya menundukkan kepalanya ke bawah. Ide yang dikatakan oleh Risa itu pernah melintas di pikirannya karena memang benar apa katanya, perasaan memang tidak bisa dibohongi. Egois jika memang Jisa ingin melampiaskan perasaannya itu pada Yogi saat mereka duduk di bangku paruh pertama di jenjang pendidikan akhir. Tapi itu tidak berangsur lama saat Yogi mengatakan pada Jisa yang harus membuat dirinya menelan pil pahit secara bulat-bulat.

KAMU SEDANG MEMBACA
You Must be Mine (SELESAI)
FanfictionNEW VERSION!! Hanu tidak mengira, jika Ibunya melakukan rencana perjodohan yang sama sekali tidak dirundingkan terlebih dahulu dengannya. Bahkan ia harus mengorbankan hubungannya yang sudah terjalin semenjak zaman memakai seragam putih-biru. Siapa...