Sepulang sekolah Hanu dijanjikan oleh Ibunya untuk menggantikan sementara dirinya menjaga Syaila di rumah sakit hanya untuk sekedar membersihkan badan serta menyiapkan bekal makan malam untuknya di sana selama menjaga Syaila sampai siuman. Sudah lebih dua hari pun ia mengambil cuti kerja demi menjaga keponakan semata wayangnya ini karena mendengar kabar bahwa orang tuanya belum dapat turun serta untuk menjenguk anaknya karena cuaca di sana sangat tidak mendukung untuk kepulangannya ke tanah air. Heni awalnya sempat mendengus dengan Ayah Syaila yang notabenenya sebagai anak bungsu di keluarganya karena lebih mementingkan pekerjaan ketimbang nyawa anaknya sendiri. Setelah diberi penjelasan yang lebih mendetail, akhirnya Heni melunak dan memaklumi antara jarak keduanya.
Aroma obat-obatan cukup menusuk ke dalam rongga hidungnya saat memasukki ruang inap kelas 1 di mana Syaila ditempatkan setelah dua hari mengendap di ruang IGD. Hanu menatap jengit pada Syaila yang tengah berbaring di atas ranjang. Kepala yang penuh dengan balutan perban karena diketahui sempat mendapat beberapa jahitan yang entah terkena apa hingga menjadi robek seperti itu. Bulu kuduknya mendadak berdiri setelah mendengar penjelasan itu dari Harun, itu sebabnya kata Teja, Syaila mengalami pendarahan hebat di kepalanya.
"La, kepala lo terbuat dari batu mana sih? Udah berapa kali tuh si Teja ngebujuk gak lo tanggep." Hanu mengomel pada Syaila yang hanya bisa lihat responnya lewat kabut yang menyeruak dalam nebulizer yang terpasang antara hidung dan mulutnya.
"Kalo gak ada Om lo, sekali tebas aja si Kenny udah jadi tempoyak tuh mukanya."
Lambat laun sinar yang menjadi penerang ruangan tersebut meredup seiring berjalannya waktu. Tak menutup kemungkinan untuk Hanu menumpukan kedua lengannya tepat di samping Syaila berbaring, matanya turun beringsut dan rapat kala rasa kantuknya menyerang dan akhirnya ia terlelap dalam beberapa menit kemudian.
Pintu ruangan digeser perlahan kala Harun menyembul di baliknya dengan tangan menenteng satu keresek berisi dua buah styrofoam yang berisi jajanan yang dipesan Hanu sebelum ia datang ke rumah sakit. Harun berjalan ke arah meja yang di sana berniat untuk menyimpan jajanan itu kalau tidak dengan suara gesekan gelas di atas meja membangunkan Hanu di saat ia berniat membereskannya.
"Abang ngagetin ih, kirain kucing." Hanu menggosok matanya kala mengatur cahaya yang masuk ke matanya.
"Ngaco deh. Mana berani kucing masuk ke ruangan rasa VIP ini."
"Mana pesanan aku?"
Hanu beralih pada styrofoam yang berisikan seblak kesukaannya. Bau menyeruak khas setelah Hanu membuka kemasan tersebut sangat menggoda di indra penciumannya dengan mulut membentuk huruf 'O' antara menahan rasa pedas dan mendinginkan kerupuk yang masih panas saat masuk ke mulutnya . Hanu tampak santai memakannya, duduk dengan kaki menyilang langsung di atas lantai, tetapi Harun tampak was-was saat memakannya dengan mata tak henti melihat sekeliling.
"Eh ini gak papa makan seblak di sini?"
"Pinter-pinter kita nya aja sih." Ucap Hanu sembari menyeruput kuah seblak tersebut.
Setelah di rasa perkataan Hanu benar, Harun kembali menyantap seblak tersebut yang masih terlihat kepulan asap tipis. Menyantap seblak saat bangun itu merasa kejutan untuk Hanu. Karena apa, mata yang tadinya masih dalam keadaan setengah tertutup pun mendadak melebar kala satu suapan seblak yang menggiurkan lidahnya.
"Ngeri kan kalo tiba-tiba Syaila bangun terus minta seblak." Harun terkekeh dengan mulut tertutup telapak tangan agar kuah seblak tidak muncrat ke arahnya.
"Ngaco deh." Hanu yang sedang memakan tulang rangu ayam rasanya ingin dilemparkannya pada Harun saat itu juga.
Awalnya mereka terlihat tenang saja menyantap seblak itu yang tinggal menyisakan setengah dari porsinya. Disertai canda tawa mengiringi itu mendadak senyap kala mendengar suara deret pintu digeser tiba-tiba membuat bola mata mereka membola dengan tangan masing-masing memegang sendok bebek plastik yang tertahan di mulut mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Must be Mine (SELESAI)
FanficNEW VERSION!! Hanu tidak mengira, jika Ibunya melakukan rencana perjodohan yang sama sekali tidak dirundingkan terlebih dahulu dengannya. Bahkan ia harus mengorbankan hubungannya yang sudah terjalin semenjak zaman memakai seragam putih-biru. Siapa...