19. Topeng Kebohongan

529 30 23
                                    

Pandangan matanya kosong. Semenjak tiga puluh menit yang lalu, ia tidak bergerak sedikit pun dari posisinya. Orang-orang yang kebetulan melewati bangkunya memandangnya aneh dan berbisik sepertinya ia sedang dirasuki oleh hantu pendiam. Dia tidak peduli bagaimana cara orang-orang menilainya seperti itu, masa bodoh sekalipun dikatakan gila. Ia hanya sedang meratapi betapa bodohnya dia sebagai manusia. Dalam hatinya ia terus menggerutui dirinya sendiri, 'Seharusnya lo lebih cepat nyelamatinnya', 'Lo bodoh Yogi', 'Lo mau ngebiarin dia begitu saja lepas dari genggaman', 'Emang gak guna'.

Yogi mengusap gusar wajahnya, frustrasi dengan kata-kata hatinya yang terus memprovokasi isi kepalanya. Menjadi seorang pecundang yang sedang berusaha mengubur dirinya sendiri. Sampai saat ini, ia masih menghindarinya. Seharusnya sekarang ia berada di sampingnya dan memberinya semangat layaknya sepasang kekasih pada umumnya yang sedang berjuang untuk masa sembuhnya, baik secara langsung maupun lewat ketikan di layar datar. Hatinya terus mendorongnya untuk melakukan itu, tapi pikiran menahannya. Dua pekan telah berlalu, ia memilih untuk tidak bergaul dengan siapa pun, toh itu teman maupun keluarga. Ia hanya menginginkan kesendirian, memikirkan betapa bodohnya dia sebagai seorang pengecut bagi orang seperti Hanu.

"Hallo everyone!" Suara pintu dibuka kasar membuat semua orang yang berada si kelas terkejut melihat beberapa orang yang baru saja masuk kelas tanpa adanya tatakrama. Yogi tidak peduli dengan siapa yang baru saja masuk ke kelasnya, ia tetap berada di posisi sebelumnya.

"Widih, Our Leader! Kesambet setan mana lu Bang tumben datang ke sini?" Haikal menyambut Theo dan segerombolannya. Bukan segerombolannya sih, hanya lima orang saja yang datang ke kelasnya. Seperti biasanya, Theo tetaplah Theo yang mempunyai sikap berandal seenak jidat dengan duduk di meja yang masih ada penghuninya. Gadis yang masih duduk di bangkunya pun langsung pindah ke bangku belakang digantikan oleh Yuda sembari menunjukkan tampangnya dengan mengibaskan rambut barunya yang baru saja ia ganti rombak kemarin.

"Pamer lu?" Desih Juno dengan ekspresi ingin muntah.

Yogi meliriknya sebentar. Ia melihat sekawanan Theo terlihat tertawa terbahak-bahak entah apa yang dibahas oleh mereka. Yogi tidak peduli dengan itu dan memalingkan kembali wajahnya pada jendela lusuh yang belum sempat dibersihkan dengan ekspresi yang sama. Dingin dan terlihat kaku. Tapi ada makna tersembunyi di dalam ekspresinya itu, hatinya bergejolak menahan amarah. Tangannya terkepal kuat tetapi raut wajahnya masih sama seperti tadi, karena seiring beberapa waktu ia bertahan dengan posisi seperti itu telinganya sempat menangkap ucapan Theo sepertinya mencibir dirinya dengan membahas kembali soal kecelakaan yang menimpa Hanu tempo lalu. Terdengar seperti merendahkan dengan pikirannya yang seperti tidak bisa disaring terlebih dahulu. Segamblangnya Theo mengucapkan bahwa ia tidak bisa melindunginya atau bahkan menyelamatkannya.

"Nanti malam mungkin gue ke rumah sakit lagi."

"Perasaan baru kemaren deh lu jenguk dia, terus sekarang mau jenguk lagi?" Ucap Jahan tidak percaya.

"Eh jangan salah, bahkan tiap malam dia ke rumah sakit." Yuda menimpali dengan menepuk bahu Jahan.

"Widih bener-bener nih lu, Yo. Sampe lo lupa dia udah ada yang gandeng." Mahes menggelengkan kepalanya tidak percaya karena Theo melakukan ini semua dengan gadis yang hatinya sudah jelas sudah milik oleh orang lain.

"Ada pepatah mengatakan, sebelum janur kuning melengkung, tikungan tuh sah-sah aja." Ucap Theo kelewat santai yang membuat gelak tawa semua temannya pecah.

Indra pendengarannya menangkap beberapa kata yang sempat dikeluarkan oleh seseorang yang membuatnya seperti ini. Ini benar-benar sudah kelewat batas. Bahkan dia berani mengatakan hal itu di depan orangnya. Benar-benar ia mengundang amarahnya yang siap keluar kapan saja. Theo dan teman-temannya masih tergelak akan tawa mereka sementara Yogi masih menahan emosinya untuk tidak membuat keributan. Tapi ia tidak bisa seperti ini terus, diinjak-injak oleh orang yang berusaha mengambil hati yang ia genggam selama hampir 3 tahun itu.

You Must be Mine (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang