Waktu sudah menunjukkan pukul 02:17 WIB dini hari. Pada jam ini, seluruh peserta kemah tengah tertidur lelap dan asyik dengan dunia mimpinya masing-masing. Suasana menjadi sangat hening, tetapi tidak dengan suara jangkrik yang memecah keheningan di sana. Di saat semuanya tengah beristirahat, ada satu orang peserta yang sedari tadi berjalan ke sana ke mari demi mencari teman yang masih mata terbuka. Ya orang itu adalah Hanu. Ia terbangun saat waktu menunjukkan pukul 01:05 dini hari karena masalah dengan perutnya. Ia terus menggerutui dirinya sendiri, menyesal karena tadi telah menerima Mie Instan pemberian dari Chayra waktu sore menjelang malam tadi.
"Nyesel banget gue makan mie instan tadi dari si Chayra. Dia sendiri nggak apa-apa sedangkan gue menderita." Hanu bermonolog pada dirinya sendiri.
Saat ini ia tengah mencari seorang teman siapa pun itu untuk diajak mengantarkannya ke toilet yang lumayan cukup jauh dari tenda. Tetapi hasilnya nihil. Sedari tadi ia tidak bertemu dengan siapa pun. Mau telepon Kakaknya percuma saja dia udah asyik membuat pulau baru untuk dihuninya nanti. Hanu pun menjadi serba salah jadinya. Di saat dari dalam terus mendesak ingin keluar, sedangkan dirinya takut pergi ke toiletnya.
"Ngapain kamu di sini?" Suara seseorang mengagetkan Hanu dari belakang.
Dia mematung. Tubuhnya bergetar hebat karena suara tadi. Pelan dan sukses membuat bulu kuduknya berdiri. Kedua tangannya terangkat dan menutupi penuh wajahnya. Dia ketakutan, mulutnya terus bergerak merapalkan doa-doa yang dia tahu untuk bisa mengurangi rasa takutnya itu.
"Hei!" Seseorang menepuk bahu Hanu yang membuat tersentak kaget dan menatap ke asal sumber. "Kamu kira aku hantu ini, huh! Pake acara baca ayat kursi segala."
Hanu masih dalam posisi yang sama, mematung. Kemudian detik berikutnya ia tersadar dan memukul orang yang telah mencoba menakutinya dengan menyikut perut rata orang tadi.
Theo sialan. Kenapa harus orang ini lagi.
"Aduh, kecil-kecil tapi tenaganya lumayan gede juga ya." Theo meringis kesakitan dengan memegang perutnya yang telah diberi hantaman oleh Hanu.
"Bahkan itu bukan seberapa, mau yang lebih gede huh!" Hanu bersiap-siap melayangkan kakinya tepat mengarah pada leher Theo sebelum ia menaikkan tangannya tanda menyerah.
"Jangan, jangan! Cukup di perut aja yang kamu hantam, jangan sampai yang lainnya ikut korban juga."
Hanu menghembus napasnya kasar. Ingin sekali dia benar-benar menendang orang ini. Tapi Hanu masih punya rasa kemanusiaan. Ia mengurungkan niatnya untuk menendang leher Theo atau bahkan mencekiknya sampai kehabisan napas. Ia tidak peduli dengan kalau ia tewas. Tinggal buang ke sungai beres sudah urusannya. Tapi ketahuilah, semenjak insiden ia menangis di taman itu merasa risih karena Theo terus mendekatinya dengan alasan ingin tahu keadaannya baik-baik saja atau tidak, bahkan sekalipun ia berani mengatakan itu di depan kekasihnya, Yogi. Bahkan saat ia tidak ada seperti ini.
Tak tahan lagi dengan perutnya yang terus bergejolak seperti lava di gunung berapi, ia meninggalkan Theo yang masih kesakitan akibat pukulannya tadi.
"E-eh, kamu mau ke mana?" Theo menahan tangan Hanu yang hendak akan pergi. Rasa aneh muncul secara tiba-tiba di benaknya. Entah apa yang ia rasakan saat ini seakan-akan tatapan Theo yang sulit untuk diartikan menusuk ke ulu hatinya yang paling dalam.
Hanu membuang muka dan menghempaskan tangannya kasar dari genggamannya, "Ada panggilan mendesak, gue harus buru-buru!"
"Aku temenin." Seakan tahu maksud dari perkataan Hanu membuatnya sukses membulatkan mata dengan sempurna.
"Nggak, nggak! Gue gak percaya sama lo. Gila aja, lo tahu kan kita tuh lawan jenis!" Ucap Hanu dengan sedikit meninggikan nada bicaranya.
"Berisik, udah malem." Kesal dengan Hanu yang terus menolak permintaannya, tanpa menunggu persetujuan darinya, Theo menarik tangannya ke tempat yang dimaksud dari perkataan Hanu tadi untuk menyelesaikan urusannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
You Must be Mine (SELESAI)
FanfictionNEW VERSION!! Hanu tidak mengira, jika Ibunya melakukan rencana perjodohan yang sama sekali tidak dirundingkan terlebih dahulu dengannya. Bahkan ia harus mengorbankan hubungannya yang sudah terjalin semenjak zaman memakai seragam putih-biru. Siapa...