"Abang masih ngapain sih di sana!" Teriak Hanu tepat di bawah tangga. Sudah sepuluh menit kurang lebih dirinya mengusik di dalam kamarnya yang entah melakukan apa.
"Sabar elah, nyari dasi kagak ketemu-temu." Samar teriakannya di dalam kamarnya membuat Hanu mendengus kesal.
Hanu kembali melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 06:38. "Lo belum keluar juga gue tinggalin, bodo amat."
Gertakan kakinya menuntun pada sebuah mobil yang sedang dihangatkan mesinnya di dalam garasi rumahnya. Suara gebrakan pintu ditutup kasar menyambut Harun di ujung pintu yang menghubungkan antara rumah dengan garasinya.
"Lo kenapa dah sensian amat." Ujar Harun yang sudah memasangkan seat belt.
Memilih untuk memfokuskan ke depan saat Harun mulai mengeluarkan mobilnya dari rumah menuju ke sekolahnya. Hanu pun tidak mengerti kenapa ia bisa menjadi emosional seperti ini. Biasanya lima hari sebelum masa periode bulannya datang, emosinya akan 2x lebih tinggi ketimbang biasanya. Ia pun tidak ingat kapan terakhir kali masa haidnya datang. Memikirkannya saja membuat pening seketika dan memilih menyandarkan kepalanya pada samping pintu mobil.
"Nih." Hanu mendongak ketika matanya melihat uluran satu bungkus Kit Kat yang diberikan Harun. "Gue tau biasanya lo begini mau haid, moga aja membantu." Ujarnya dengan mata terfokus pada jalanan.
"Tumben baik."
"Gak mau? Yaudah buat gue aja."
Tangannya menjambak snack coklat itu dan segera membuka kemasannya, membagi dua yang sebagiannya ia luncurkan pada mulut Harun. Memakan makanan manis di saat seperti ini sangat membantu menaikan perasaan Hanu. Walaupun tidak mengenyangkan perut, tapi berbagi bersama Harun membuatnya menjadi lebih baik. Sudah menjadi kebiasaannya yang seperti diajarkan oleh orang tuanya, Hanu tidak tega membiarkannya makan sendirian sementara orang di dekatnya hanya diam bergeming. Ulas senyum simpul digambarkan oleh bibir Hanu membuat Harun mengacak rambutnya tanda sayang kepada adik perempuannya satu ini karena ia berhasil menaikan setengah dari moodnya.
Tepat pukul 06:58, mobil yang mereka tumpangi sudah berada di lapangan parkir luas yang berada di depan gedung depan utama sekolah mereka. Hanu bernapas lega karena dirinya tepat waktu datang walau dua menit kemudian bel masuk akan berbunyi. Kalau pun dirinya kesiangan dan dihukum, ada Harun yang akan menemani dirinya untuk menghadap hormat pada bendera lagi. Tidak seperti sebelumnya.
Karena memang waktu sudah siang, otomatis lahan parkir pun sudah dipadati oleh berbagai jenis kendaraan. Sudah berkali-kali Harun mencoba mencari lahan yang kosong untuk memarkirkan kendaraannya bahkan sampai pada ujung tempat parkir ini.
"Penuh amat dah, mau taro di mana nih mobil." Harun bermonolog dengan badan sedikit didongakkan ke depan kaca mobil.
Akhirnya Hanu ikut membantu Harun setelah menyita fokus pada ponsel miliknya. Menurunkan setengah kaca mobilnya yang kemudian menyembulkan kepalanya ke luar untuk memeriksa ke sekeliling tempat parkir ini.
"Coba deh Bang ke sana. Keknya masih ada deh satu apa dua gitu."
Intruksi Hanu diikuti oleh Harun untuk melajukan mobilnya ke ujung sebelah gedung seperti yang dilihat oleh Hanu. Terdengar suara bel berbunyi berdenging di telinga mereka hingga Harus cepat-cepat mendapat lahan parkir tersebut untuk menempatkan mobilnya.
"Awas Bang!"
TID TIDD!!
Suara klakson mobil terdengar memekik di telinga. Harun dan Hanu sama-sama terkesiap dengan kehadiran mobil Pajero Sport berwarna putih di depan mereka yang telah lebih dulu mencuri lahan parkir yang seharusnya miliknya. Kalau tidak Harun refleks menginjak rem sekuat mungkin akan terjadi tabrakan akibat kecerobohan yang ditimbulkan olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Must be Mine (SELESAI)
FanfictionNEW VERSION!! Hanu tidak mengira, jika Ibunya melakukan rencana perjodohan yang sama sekali tidak dirundingkan terlebih dahulu dengannya. Bahkan ia harus mengorbankan hubungannya yang sudah terjalin semenjak zaman memakai seragam putih-biru. Siapa...