Hening. Tidak ada suara apa pun selain dentuman jam yang terus berputar setiap detiknya. Di sinilah mereka berada, di tempat di mana mereka sedang diinterogasi oleh Kepala sekolah setelah kejadian itu berlalu. Memang tadinya Bu Bora ingin mengobrol dengan mereka kemarin, namun di karenakan keadaan yang tidak kondusif lantaran ia harus mengurus terlebih dahulu semua para korban dari makanan mereka, jadi interogasinya ditunda sampai besok. Dan tepat hari inilah mereka dipanggil kembali oleh Kepala sekolah untuk mempertanggung jawabkan semua masalah yang menimpa mereka kemarin.
"Kenapa kalian melakukan ini? Jikalau kalian tidak sanggup untuk mengikuti kegiatan ini maka bicaralah, mungkin Ibu akan memberikan solusi lain di balik ketidak sanggupan kalian. Bukan begini caranya, kalian bisa saja di penjara karena mencoba melakukan pembunuhan setelah di dengar dosis obat itu ternyata tinggi. Itu adalah salah satu pelanggaran yang berat." Bu Bora mulai bertanya dengan nada penuh ketegasan.
"Bu, sudah kami bilang sebelumnya bahwa kami tidak ada niat sekalipun untuk mencelakai mereka. Ini semua fitnah belaka. Kami tidak melakukannya sekalipun, lebih tepatnya 'TIDAK PERNAH'." Gina mencoba membela dirinya juga yang lain.
"Benar apa yang dikatakan Gina, Bu. Ini semua hanya fitnah. Pasti ada yang mencoba mencurangi kami melalui makanan yang kami buat. Sebelumnya kami sudah mencicipi makanan itu terlebih dahulu karena takut ada rasa yang kurang atau apa pun itu. Dan itu tidak ada sekalipun." Ujar Chayra dengan nada sedikit bergetar karena ingin menangis, tetapi ia menahannya.
"Lalu kenapa mereka merasakan sakit perut setelah memakan makanan kalian?" Bu Bora kembali bertanya.
"Pasti pelakunya menuangkan sesuatu ke dalam makanan saat kami hendak berkumpul ke lapangan." Jawab Calya meyakinkan.
Bu Bora tampak menimang dengan semua yang mereka katakan. Dan dia juga berpikir lagi, mustahil juga mereka melakukan hal yang tidak terpuji itu. Dilihat dari mereka semua adalah murid yang terbilang cukup baik dan berprestasi. Tapi bisa saja itu terjadi, mungkin pikirnya mereka mempunyai dendam pada sekolah ini. Tapi dendam apa? Dan juga untuk apa mereka melakukannya juga. Bu Bora sampai memijit pelipisnya karena masalah yang ia hadapi ini cukup rumit dari sebelumnya.
"Jika tidak ada bukti yang kuat untuk menyelesaikan masalah ini, maka nilai kalian yang akan menjadi taruhannya."
Tak ada yang menyangka di antara mereka semua bahwa Bu Bora akan berbicara seperti itu. Sebegitu sulitkah masalahnya hingga Bu Bora berceletuk seperti itu? Hanu yang mendengarnya pun hanya bisa memegang dadanya yang sesak mendengar perkataan Bu Bora barusan. Apa yang terjadi jika nantinya dinyatakan tidak lulus alias di Drop Out dari sekolah ini? Mungkin Ibu dan Ayahnya akan kecewa dan membuangnya begitu saja. Lalu siapa lagi yang bisa ia andalkan di dunia ini selain mereka. Hanu tak dapat membendung air matanya ini karena berpikir bagaimana reaksi mereka jika mengetahui hal yang sedang menimpanya saat ini.
"Bu, kenapa kita tidak memeriksa rekaman CCTV saja? Kamera itu kan dipasang setiap tenda untuk menghindari tindak kecurangan."
Semua yang ada di sana otomatis menoleh kepada Nara. Kenapa juga mereka tidak terpikiran ke sana. Bu Bora menoleh dengan intens kepada Nara setelah mengeluarkan kata-kata yang baru saja ia ucapkan. Wajah mereka semua pun yang tadinya nampak tegang, kini terlihat sirna kembali mendapatkan titik terang setelah Nara mengeluarkan kata-kata yang membuat mereka semua menghembuskan napas lega.
"Tunggu apalagi, Bu. Kita buktikan semuanya bahwa kami bukanlah pelakunya."
Bu Bora menganggukkan kepalanya tanda setuju. Dia berjalan mendahului mereka untuk pergi ke ruang CCTV. Sepanjang perjalanan, mereka semua tampak mengatupkan tangan berdoa pada Tuhan Yang Maha Esa agar semua masalah ini dapat terselesaikan hanya dengan rekaman itu yang dapat menyelamatkan mereka semua. Hanya rekaman itu satu-satunya bukti yang kuat untuk keluar dari masalah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Must be Mine (SELESAI)
Hayran KurguNEW VERSION!! Hanu tidak mengira, jika Ibunya melakukan rencana perjodohan yang sama sekali tidak dirundingkan terlebih dahulu dengannya. Bahkan ia harus mengorbankan hubungannya yang sudah terjalin semenjak zaman memakai seragam putih-biru. Siapa...