Beberapa kali tubuh Hanu mengerjap serta mengiris kesakitan saat sudut bibirnya sedang dikompres menggunakan kain lap yang sudah diberi air hangat. Tak terpikirkan oleh Hanu kenapa luka tamparan bisa separah ini. Apakah karena memang benar kekuatan laki-laki itu dua kali lebih besar dibanding perempuan? Bisa jadi memang seperti itu, karena bekas kemerahannya masih setia mewarnai pipi tembamnya. Akhirnya Hanu bisa merasakan apa yang dirasakan perempuan lain ketika mendapatkan perlakuan seperti ini, apalagi mengingat sekarang maraknya kasus KDRT yang terdengar di mana-mana. Pikirnya jika memang misalnya takdir menyatukan dirinya dengan Theo, dirinya memilih untuk tidak pernah bersatu dengannya mengingat kejadian yang menimpanya saat ini. Sebelum bersatu pun sudah berani ringan tangan apalagi nanti setelah menjalankan bahtera rumah tangga.
"Bi ... pelan-pelan sakit." Ringis Hanu dengan suara pelan.
"Tahan sedikit ya, bentar lagi kok."
Memandang getir pada Hanu yang tengah kesakitan itu membuat hati Harun mencelus dan merasa tidak ada harga dirinya sebagai kakak laki-laki yang tak pandai dalam menjaga adik perempuannya. Tak luput yang kemudian tangannya terkepal kuat dan memilih membuang pandangannya yang semakin tidak tahan ingin segera memberikan sebuah pembelajaran pada pelaku yang membuat Hanu seperti ini.
"Abang mending nunggu di mobil aja, Nu. Kamu nyusul aja ntar."
Mata Hanu mengikuti gerik Harun yang melangkah menjauh darinya. Hanu yakin betul pada perasaannya. Jika Harun sudah bertindak seperti itu, ada sesuatu yang mengganggu hati maupun pikirannya yang tidak bisa Hanu ganggu atau akan menyesal di kemudian waktu.
Bahkan saat mobil hitam itu menggereng keduanya menuju rumah sakit. Tak sedikit pun kata yang keluar dari mulut mereka hanya untuk sekedar memecah keheningan di perjalanan. Bibir terkatup rapat serta tatapan nyalang ke depan membuat Hanu segan untuk membuka mulut terlebih dahulu untuk sekedar basa-basi karena telinganya cukup risih dengan rentetan bunyi notifikasi ponsel Harun.
"Bang coba cek dulu lah, siapa tau penting?"
Harun hanya menatap sekilas ponselnya itu lalu kembali fokus pada kemudinya. "Palingan cuman grup."
Dingin. Itu lah yang Hanu dengar dari penuturan Harun barusan. Kalau sudah begini, Hanu juga bisa apa selain memfokuskan pada ponselnya guna merangkup rasa bosan sebelum sampai pada tujuan. Sebenarnya pada waktu ini bukanlah waktu yang tepat untuk membesuk, karena memang sudah lewat jadwal yang sudah disepakati di rumah sakit ini. Antusias Hanu menepis peraturan itu dan tetap bersikukuh untuk tetap datang setelah mendapat kabar bahwa Syaila telah siuman dari masa komanya.
"Lala!!" Hanu menghamburkan dirinya sesaat setelah membuka pintu ruangan Syaila dirawat.
"Eh, eh jangan terlalu aktif dulu di sekitar Syaila, Hanu. Kepalanya masih butuh penyesuaian." Tegur Mama Hanu yang melihat perlakuan anaknya yang sudah memeluk Syaila begitu erat. Seperti tengah melepas rindu setelah ditinggalkan dalam waktu yang cukup lama.
Syaila tersenyum saat melihat kedatangan Hanu yang begitu antusias itu. Tak kunjung lama hingga kedua alis Syaila bertaut kerut setelah melerai pelukan mereka.
"Pipi kamu kenapa, Nu. Kok merah gitu?"
Sontak tangan Hanu meraba pipinya dan seketika ingin berteriak juga di sana. Tidak, ia tidak bisa melakukan itu di sini. Padahal tadi dalam perjalanan, dirinya sudah ingat untuk mampir sebentar ke apotik untuk membeli masker guna menutup wajahnya agar tidak memicu kekhawatiran Ibunya kelak. Tapi sudah terlambat, Syaila yang pertama kali mengetahui itu dan memicu adrenalin Hanu saat lengannya dikibas oleh Ibunya hanya untuk melihat luka yang di maksud penglihatan Syaila.
"Ya ampun! Kamu abis kenapa bisa jadi kek gini?!"
Hanu terlihat kikuk memikirkan alasan logis apa yang cocok diberikan kepada Ibunya. "Eum, i-itu tadi kena ... jail temen Hanu tadi nyelonong banting pintu keras banget dan pas banget Hanu ada dibalik pintu itu mau masuk kelas."

KAMU SEDANG MEMBACA
You Must be Mine (SELESAI)
FanfictionNEW VERSION!! Hanu tidak mengira, jika Ibunya melakukan rencana perjodohan yang sama sekali tidak dirundingkan terlebih dahulu dengannya. Bahkan ia harus mengorbankan hubungannya yang sudah terjalin semenjak zaman memakai seragam putih-biru. Siapa...