16. Rencana yang Tidak Diketahui

637 48 11
                                    

Seluruh teman-temannya mendadak menjadi diam tak menuturkan sepatah kata apapun saat Theo menjelaskan semua kejadian yang dialaminya tadi siang. Tampak tidak percaya dengan keputusan yang dibuat oleh Theo. Tak habis pikir oleh pikirannya, Joni hanya bisa memijat pelipisnya yang merasa sangat pening dengan tetua kelompoknya ini. Yuda yang sedari menepuk-nepuk jidatnya, sedangkan Haikal masih melongo dengan mulut terbuka yang di dalamnya masih ada snack 'Taro' yang belum sempat dia kunyah.

"Ya terus, gimana sama Hanoona, Yo? Apa lo mau berhenti gitu aja di tengah-tengah perjuangan lo selama ini dan berakhir bersama Kenny?" Juno berlagak dengan nada tinggi.

"Sumpah demi apa pun amit-amit gusti, gue gak ada perasaan apapun sama yang namanya si Kenny! Ogah banget gue sebenernya jadi pacarnya kalo nggak ngedesak."

"Awas loh Yo, ntar lo kualat sendiri. Nanti yang ada malah jadi lo yang kesem-sem sama si Kenny." Ujar Yuda agak meledek.

"Lo bukannya bantuin gue mecahin masalah ini malah ngeledek!" Theo melempari Yuda dengan sepatunya.

"Tapi masalahnya kan Yo, lo tahu kan si Kenny itu orangnya licik menurut penuturan anak kelas gue, dan bisa saja lo terjebak dari rencana biadabnya itu dan gak bisa keluar." Mahes menimpali.

"Terus gue harus gimana guys, gue gak mau terus-terusan kayak ini. Gue terpaksa lakuin ini semua. Di satu sisi gue pengin ngebantu Hanu keluar dari masalah ini, tapi di satu sisi yang lainnya juga gue gak mau kehilangan lo semua. Dan gue gak mau si Yogi menang terus karena Hanu." Theo mengacak gusar surainya.

"Ya apa susahnya sih Yo, lo tinggal ikhlasin aja Hanu sama Yogi dan jalanin hubungan lo yang sekarang. Hidup jangan dibuat susah, Yo." Dengan mudahnya Trantra berceletuk seperti itu dan membuat Yuda kesal dengan memukul meja.

"Ehh kembang bulan! Omongan lo itu tidak semudah dengan membalikkan tangan. Lo lemot apa pikun sih? Udah tahu si Theo itu udah berjuang mati-matian demi Hanu, bukannya bantu pikir buat cari jalan keluarnya lo malah sekelebat ngomong kek gitu. Gue curiga deh sama lo, lo pasti ada sangkut pautnya sama si Kenny kan? Lo mata-mata dia kan!" Juno menyulut dengan serentetan kata panjangnya.

"Udah udah, No! Dari pada lo teriak-teriakin si Trantra, lu mending diem deh, mumet nih kepala." Ujar Daron ketus.

Theo menjambak rambutnya sendiri karena frustrasi memikirkan jalan keluar dari masalah yang ia hadapi sekarang belum juga menimpakkan hilalnya. Ia terus merutuki dirinya sendiri dan merasa tak tenang dengan situasi yang seperti ini. Dan juga ia merasa khawatir kepada Hanu dengan masalah yang menimpa dirinya dan takut jika dirinya melakukan sesuatu hal yang diluar nalar.

Berlebihan memang, tapi memang itu yang dirasakan Theo saat ini.

"Yang lebih gue takutkan lagi kalo kasus yang menimpa sama kita kemaren, semua orang jadi tahu itu karena si Kenny punya buktinya. Apalagi sampe ke telinga Hanu, jadi makin benci sama gue yang ada." Runtuk Theo.

"Pasti gak bakalan jauh si Kenny bakal nyebarin di sosmed kalo lo sampe berbuat macem-macem." Mahes yakin pada dirinya sendiri, direspons anggukkan dari yang lainnya.

"Eh Yo, pinjem hape lo bentar." Tiba-tiba Joni membuat Theo menyernyit.

"Buat apa?" Tanya Theo heran.

"Nebeng hotspot."

"Gak modal emang." Ujarnya seraya memberikan ponsel tersebut.



****




Hari sudah berganti menjadi gelap. Aroma tanah masih begitu kuat karena terkena rintik-rintik air hujan yang baru saja mereda. Itu tak berpengaruh bagi seorang wanita yang masih terduduk di atas jendela kamarnya seiring hujan turun. Menikmati setiap rintik yang luruh dari langit disertai udara sejuk yang menerpa kulit wajahnya. Mungkin itu bisa membantu menenangkan pikiran Hanu yang sedari tadi menangis tanpa henti perkara kejadian tadi siang.

You Must be Mine (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang