14. Its Time to Party

861 64 14
                                    

Hari H pun telah tiba. Di mana sekolah yang sekarang Hanu tuntut ilmu pengetahuannya telah menginjak umur dua belas tahun. Dari sini pula dirinya bisa bertemu dengan teman-teman baru dan menjalin persahabatan telah dijalani di sini. Sebagai siswa paruh ketiga di sekolah ini, senang rasanya Hanu bisa merayakan kembali pesta ulang tahun sekolahnya bersama semua siswa paruh pertama dan kedua. Perayaan terakhir sebelum dinyatakan benar-benar lulus dari sekolah ini.

Sebelum itu, Hanu sudah mempersiapkan segala kebutuhan untuk acaranya kali ini. Di mulai makanan yang akan di jual nanti, yang memang kegiatan ini di khususkan untuk semua siswa paruh ketiga, juga turut serta sarana dan prasarana lain yang menunjang untuk berlangsungnya jual beli. Dengan diantar oleh sopir pribadi Ayahnya dan juga Bi Mimin yang turut membantu mengangkut segala persiapan tersebut sampai sekolah.

"Ish kemana dah curut ini! Di telepon gak diangkat, di WA gak dibales." Sudah lima belas menit berlalu, Hanu menunggu semua temannya untuk turut membantu mengangkat semua bahan dagangan ini. Tapi sampai sekarang belum juga kendati satu pun yang datang.

"Sudah atuh, Neng. Biar Bibi dan Pak Mamat aja yang angkatin makanannya ke ruang yang Neng maksud." Tawar Bi Mimin.

"Gak usah, Bi. Biar teman-teman aku aja yang ngangkatin. Aku gak mau ngerepotin Bibi lagi, yang udah ngebantuin aku bikin semua ini."

"Nggak papa atuh, Neng. Bibi juga ikhlas ngebantuinnya."

Hanu hanya menggelengkan kepala sebagai tanda respons untuk tidak perlu membantunya lagi. Tangannya menarik tuas pintu bagasi mobilnya untuk mengeluarkan semua bahan dagangan yang akan dia bawa ke tenda. Setelah berdiam diri sejenak, di rasa-rasa ternyata banyak juga yang harus ia angkut. Tak mau ambil pusing, karena dia rasa masih mampu untuk mengangkat semuanya sendirian.

Butuh perjuangan ternyata untuk mengangkat satu toples besar berisikan saus kacang yang ternyata sangat berat. Diharuskan Hanu harus berjalan perlahan agar toples tersebut tidak lepas dari pertahanan tangannya. Apalagi ia harus tetap menjaga pakaiannya tetap bersih dari percikan saus dari bajunya.

Setengah jalan lagi, dirinya akan sampai pada tenda yang sudah disiapkan oleh panitia untuk kelompoknya. Hanu berdiam diri sejenak di sisi halaman samping lobby yang langsung mengarahkan pada area lapangan sudah terlihat tenda biru berjejer rapi. Memijat perlahan lengannya yang terasa sangat pegal.

"Butuh bantuan?" Hanu mendongak tepat di sampingnya, terlihat seseorang sudah membawa toples besar tersebut dan melangkah menuju tendanya.

"Eh, itu mau dibawa ke mana kampret!"

Theo tidak menggubris apa yang Hanu teriakan padanya. Diletakan wadah itu tepat di atas meja yang disediakan tiap tenda.

"Keliatannya kamu kesusahan bawanya tadi, makanya aku sigap buat nolongin kamu."

"Gak usah sok caper dan bawa iming maaf." Ucap Hanu sarkas.

"Itu naluri dari dalam, bukan caper." Jujur saja Theo agak sakit saat mendengarnya.

Terlihat Hanu mengacuhkannya dengan kembali berjalan lagi ke mobil untuk mengangkut barang yang lain. Merasa diikuti, Hanu menghentikan langkahnya tiba-tiba membuat punggungnya bertabrakan dengan Theo. Jelas saja ia terkejut, tatapan menyorot langsung ia tunjukan padanya.

"Terus kalo bukan karena caper, ini apa?"

"Naluri."

"Bullshit."

"Hanoona!!"

Terlihat kawanan Hanu berlari dari arah belakang Theo dengan tergopoh-gopoh.

"Maafin gak sempet buka hape, tadi abis bawa kain dari Aula buat tutup meja." Ujar Gina seraya menetralkan napasnya yang memburu.

You Must be Mine (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang