Bab XV : Obat

79.3K 7.5K 21
                                    

Duchess berjalan meninggalkan Duke yang masih sibuk dengan luka di bibirnya.

"Jantung ku berdebar. Sial!" Batin Duchess

Beberapa lama berkelut dengann pikirannya, Duchess segera keluar menggunakan jubah mandinya. Ia melihat ke kiri dan ke kanan.

"Kemana dia?" Batin Duchess

Setelah lama mengintai dan merasa aman, Duchess segera keluar untuk memakai gaunnya dan menuju keruang makan. Sesampainya di ruang makan ia melihat ayah dan ibunya telah tiba disana dan bercanda.

"Selamat pagi ayah, ibu." Ucap Duchess

"Selamat pagi Duchess." Balas mereka

"Sepertinya kalian sedang asik berdua. Apa yang kalian bicarakan? Apa kalian akan memberikan ku adik?" Ucap Duchess sambil tertawa jahil

"Hushhh. Ayah dan Ibu sudah tua. Seharusnya kau lah yang memberikan kami cucu." Ucap Marchioness

"Dimana Duke? kenapa kau hanya keluar sendiri?" Tanya Marquess Frans

"Aku tak tau dimana dia ayah. Tadi aku sedang mandi dan dia sudah tidak ada dikamar." Ucap Duchess

"Selamat pagi Marquess dan Marchioness." Sapa Duke Denzel

"Selamat pagi Duke." Balas Marquess dan Marchioness serentak

"Kenapa denganmu? Apa ada yang salah?" Tanya Duke kepada Duchess

"Tidak ada Duke. Mari duduk." Ucap Duchess dengan senyum manisnya dan menarik lengan sang Duke.

"Cepat sekali berubahnya. Persis seperti rubah." Batin Duke

Mereka mulai duduk di tempat mereka masing-masing dan memulai sarapan bersama

"Bagimana tidur anda Duke? Apakah nyenyak?" Tanya Marchioness Olivia

"Sangat nyenyak Marchioness namun ada serangga yang menyerangku." Ucap Duke sembari memegang bibirnya yang membengkak dan sedikit luka

Marquess dan Marchioness melihat ke arah bibir Duke Denzel.

"Ya ampun maafkan kami Duke. Mungkin ini dikarenakan musim kemarau sehingga menyebabkan banyaknya serangga." Jelas Marquess dengan rasa bersalah

"Tidak apa Marquess." Ucap Duke

"Apakah sudah diobati? apa perlu saya panggilkan dokter keluarga?" Tanya Marchioness

"Tidak perlu Marchioness. Putri anda akan membantu saya menyembuhkannya." Ucap Duke

"Aku?" Ucap Duchess spontan

"Felicia dimana sopan santunmu?" Tanya Marquess

"Maaf ayah saya hanya terkejut." Jawab Duchess

"Apa yang kau takuti, kau hanya mengobati suamimu. Setelah sarapan segera obati suami mu Felicia." Titah Marquess

"Baik ayah." Ucap Duchess dan melihat ke arah Duke yang tersenyum licik

Sarapan selesai dilaksanakan dan perbincangan kecil mulai dilakukan

"Bagaimana hidangannya putriku?" Tanya Marchioness

"Sangat nikmat ibu. Aku sangat merindukan suasana ini, terutama pie apel ini." Jawab Duchess

Marchioness tersenyum melihat putrinya dengan bangga dan melahap makanannya hingga habis.

"Ssshh..." Desis Duke

"Apakah bibir anda masih sakit?" Tanya Marchioness dan ditanggapi dengan anggukan dari Duke

"Duchess segera lah obati Duke." Titah Marchioness

"Baik ibu." Ucap Duchess malas

"Kami permisi ibu, ayah." Ucap Duchess Felicia

"Silahkan Duchess dan Duke." Ucap mereka

Duchess melangkahkan kakinya keluar ruang makan menuju ke kamar sang Duchess diikuti Duke Denzel.

"Duduklah disini Duke aku akan mengobatimu." Ucap Duchess

"Memang seharusnya begitu." Ucap Duke sambil memegang bibirnya

"Memang seharusnya begitu. Apa-apaan dia ini. Padahal dia yang salah." Ucap Duchess pelan

"Apa yang kau katakan?" Tanya Duke

"Tidak ada Duke. Mungkin anda salah mendengar." Jawab Duchess

Duchess kemudian mengambil salep dan mengobati bibir Duke dengan telaten. Jari nya mulai mengoleskan salep ke bibir Duke.

"Wajah serius mu ini seperti penyihir." Ledeknya

Karena merasa kesal dengan sengaja Duchess menekan jarinya agak keras dan membuat Duke meringis.

"Ssshh... Apa-apaan kau! Kau sengaja ya!" Ucap Duke Denzel

"Maaf suamiku, aku tidak sengaja. Jariku tergelincir karena bibir anda yang sangat licin." Ucap Duchess

"Teruslah membuat alasan yang tak masuk akal." Ucap Duke

"Itu pasti." Ucap Duchess pelan

Cold DuchessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang