Chapter 1

9.5K 750 35
                                    

Nara mendudukkan dirinya di kursi kerjanya. Ia baru saja tiba setelah cukup lama terjebak macet di jalan. Tukang ojek yang ia tumpangi, ia paksa menjadi Rossi dadakan karena takut terlambat, mengingat pukul delapan semua pegawai harus sudah datang.

Baru saja duduk, Nara sudah mendapat panggilan telepon dari bosnya. Bosnya menyuruhnya untuk segera datang ke ruangannya. Nara segera bergegas menuju ruangan bosnya yang letaknya berada di depan meja kerjanya.

Begitu sudah sampai di depan pintu, Nara segera mengetuk pintu ruangan bosnya. Setelah diberi izin untuk masuk, barulah ia membuka pintu ruangan kemudian melangkah masuk ke dalamnya. Baru saja kakinya menapak di ruangan bosnya, pupil mata Nara langsung melebar ketika melihat sosok laki-laki yang tak asing lagi baginya. Laki-laki yang kemarin ia goda waktu di cafe!

Melihat wajah datar laki-laki itu membuatnya kembali mengingat kejadian memalukan kemarin sore. Ia jadi geli sendiri ketika mengingat betapa genitnya ia kemarin menggoda laki-laki itu. Nara kembali membalikkan badannya, bersiap untuk kabur dari ruangan bosnya. Ketika kaki hendak melangkah, suara bosnya terdengar memanggilnya. Membuat niat Nara untuk kabur jadi bubar jalan.

"Queenara. Sini duduk. Ada hal penting yang ingin saya bicarakan sama kamu," ucap Ahmad Fadli Kurniawan-bosnya Nara

Nara kembali membalikkan badannya, melangkahkan kakinya, lalu segera duduk di kursi yang berhadapan dengan bosnya dan juga dengan laki-laki itu. Tubuh Nara jadi merinding seketika. Jantungnya pun sudah berdisko di dalam sana. Ia merasa seperti sedang disidang. Pikiran Nara pun sudah melayang kemana-mana. Ia takut jika laki-laki itu melaporkan tindakan genitnya kemarin pada bosnya, dan berakhir dengan mendapat siraman qolbu dari bosnya.

Fadli melirik ke arah laki-laki itu sambil menunjuk Nara yang duduk di hadapannya. "Ini Queenara, sekretaris Papa," ucapnya pada laki-laki berwajah papan triplek itu.

Nara mengernyit. Papa? Ini telinganya tidak sedang eror, kan? Papa katanya? Jangan bilang kalau laki-laki ini...

"Nara, ini Davindra, saya tahu kamu sudah mengenal Davindra, tapi mungkin kamu pangling sama dia karena sudah lama tidak bertemu. Saya ingin memberitahu hal penting, bahwa mulai hari ini, anak saya, Davindra Mahendra Kurniawan akan menggantikan posisi saya. Jadi, mulai hari ini Davindra yang menjadi bos kamu," kata Fadli menjelaskan.

Nara menganga mendengarnya. Jadi laki-laki yang ia panggil 'om' kemarin adalah Davindra, si pangeran tampan yang merupakan cinta pertamanya. Mata Nara berbinar melihat betapa tampannya Davindra sekarang. Laki-laki itu benar-benar berbeda, jauh lebih tampan daripada Davindra yang dulu. Kalau begini, Nara takut hatinya oleng lagi ke laki-laki itu.

Fadli bangkit dari duduknya. Merapikan jasnya kemudian melirik ke arah Davindra dan Nara. "Ayo kita keluar. Saya mau mengumumkan ini, sama semua pegawai."

•••💘•••

"Elizaaa!" Nara merengek sambil mencebikkan bibirnya. Kedua bahunya merosot. Wajahnya pun seperti orang yang sedang ditagih rentenir.

Eliza menyesap greentea latte nya sebentar, lalu menatap sahabatnya yang terlihat lesu seperti orang kurang darah. "Lo kenapa Ra? Belum bayar utang?" tanyanya.

"Meskipun gue lagi bokek gue nggak pernah ngutang, ya, El!" sahut Nara sedikit sewot.

"Terus kenapa Sulastri?! Kusut banget sih muka lo, kayak orang yang lagi pusing mikirin bayar utang." Eliza mengambil kentang goreng yang tersaji di depannya. Baru ingin ia masukkan ke dalam mulut, Nara malah mengambil kentangnya dari tangannya lalu memasukkannya ke dalam mulutnya.

Cute SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang