Chapter 17

2.7K 266 24
                                    

Ternyata, rasa kisseu kisseu itu aneh. Rasanya seperti ada ulat yang menempel di bibir. Kenyal, bergerak-gerak, basah, dingin, dan menggelikan. Itu sensasi yang Nara rasakan selama melakukan silaturahmi bibir dengan Davindra.

Nara diam seperti patung di dalam rengkuhan Davindra, tidak bergerak sedikitpun karena masih terkejut dengan apa yang sedang terjadi di antara mereka. Ini bener woi, mereka lagi kisseu kisseu? Kisseu kisseu kayak di Drakor? Kyaaa! Demi apa kalau ini memang nyata dan bukan khayalan atau mimpi. Itu artinya ... keperawanan bibirnya sudah direnggut oleh Mamas gebetan!

Nara meremas roknya, mati-matian menahan rasa mulas yang tiba-tiba datang disaat mereka masih bersilaturahmi bibir. Perutnya melilit, kepalanya pening, jantungnya tuing-tuing, dan bulu kuduknya berdiri saat merasakan ciuman Davindra ritmenya pelan dan lembut. Tidak tergesa-gesa dalam melakukannya. Seolah membiarkan Nara meresapi, merasakan sensasi bersilaturahmi bibir, merasakan setiap sentuhan yang diberikan olehnya.

Sementara Davindra masih bertahan menggerakkan bibirnya, Nara hanya diam tanpa membalas ciuman laki-laki itu. Otaknya blank, bingung harus bagaimana. Mau ikut menggerakkan bibir tapi tidak berani, terlalu takut dan gugup rasanya jika ikut membalas ciuman laki-laki itu. Jadi, ia memilih untuk tetap diam, membiarkan Davindra mencecap, serta melumat bibirnya. Membiarkan laki-laki itu bermain-main dengan bibirnya, yang baru pertama kali disentuh laki-laki.

Cukup lama Davindra menguasai permainan, melumat bibir gadisnya dengan ritme yang pelan. Merasakan lembutnya bibir gadis itu yang sedang ia sesap, yang sedang ia mainkan sekarang. Merasakan bagaimana manisnya bibir Nara. Manis dari sisa es krim dan lip balm dengan rasa strawberry. Merasakan sensasi bersilaturahmi bibir untuk yang pertama kalinya.

Hingga akhirnya, ia melepaskan ciuman. Tidak sanggup lagi jika harus terus melanjutkan. Ia takut kelepasan, takut terbawa napsu yang nantinya akan menjadi penyesalan. Maka, ia segera menarik kepalanya menjauh. Napasnya memburu, tatapannya sayu, begitu tautan bibir mereka terlepas. Ditatapnya lekat-lekat wajah Nara, wajah yang menunjukkan keterkejutan itu. Ia tahu Nara kaget, sebab pasti ini adalah ciuman pertamanya, sebab pasti ini yang pertama kalinya bagi Nara bersentuhan bibir dengan laki-laki.

"First?"

Mendengar pertanyaan itu Nara berkedip, kepalanya mengangguk lemah. Meskipun bibir mereka sudah terlepas tapi ia masih bisa merasakan sensasinya. Merasakan benda kenyal itu bergerak di bibirnya. Masih bisa merasakan bagaimana rasanya lidah Davindra menyapu giginya, menautkannya dengan lidahnya. Rasa yang ... mampu membuatnya mulas mendadak.

Kepada Nara, Davindra tersenyum. Dibelainya dengan lembut pipi gadis itu, lalu berakhir dengan menyentuh bibirnya, menghapus jejak bekas mereka bersilaturahmi bibir tadi. "Gimana rasanya?"

"Merinding." Nara meringis begitu menjawabnya. Satu-satunya yang ia rasakan selama berciuman selain mulas, ya merinding.

Davindra terkekeh pelan, tangannya kini tengah merapikan rambut Nara yang berantakan terkena angin. Gadis itu ... kenapa selalu lucu sih, di matanya? Kenapa selalu berhasil membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya jika sedang berdua dengannya? Kenapa Nara ... selalu berhasil membuatnya terpesona?

"Alien," Davindra memanggil.

"Mmm?"

"I like you."

•••💘•••

Biasanya, tidur merupakan hal yang paling mudah dilakukan oleh Nara. Karena tidur, merupakan kegiatan favoritnya. Tapi itu tidak berlaku untuk hari ini. Tidak berlaku sejak peristiwa kisseu kisseu bersama Mamas gebetan tadi sore di dekat danau. Karena ... sensasi itu, sensasi bersilaturahmi bibir itu masih terasa dengan sangat jelas. Meskipun peristiwa itu terjadi beberapa jam lalu, tapi sensasinya masih terasa sampai sekarang. Sensasi yang mendebarkan, yang membuatnya sakit perut dadakan.

Berguling, Nara menempelkan pipi kirinya di bantal. Berusaha melupakan kejadian itu, dan tidur nyenyak sekarang juga. Namun tidak bisa. Matanya tidak mau terpejam. Tidak ada rasa kantuk juga. Padahal sekarang sudah memasuki pukul sebelas malam.

"Cium ... boleh?"

Pertanyaan itu, serta merta kembali berputar di kepala Nara. Suara lembut Davindra, tatapan menenangkan Davindra, serta wajah Davindra muncul dengan sangat jelas di kepalanya. Membuatnya semakin sulit untuk tidur. Membuatnya jadi berguling-guling di kasur. Serta membuatnya senyum-senyum seperti orang gila.

Jadi ... begitu rasanya ciuman. Nara baru tahu jika efek berciuman dengan orang yang disukai sebahagia itu. Efeknya, benar-benar sangat luar biasa. Sampai mampu membuatnya kesulitan untuk tidur, kesulitan untuk mengontrol diri agar berhenti tersenyum.

Berhenti berguling-guling, Nara merubah posisi menjadi terlentang, dengan kedua kaki dan tangan yang dibuka lebar, membentuk pose bintang laut. Matanya tanpa sengaja tertuju pada poster Kai EXO yang tertempel di dinding kamarnya, poster yang menampilkan Kai memamerkan abs di perutnya, dengan wajah Kai yang tiba-tiba berubah, menjadi wajah Davindra.

Tersadar, Nara menggelengkan kepalanya, berusaha mengenyahkan bayang-bayang Davindra dari kepalanya. Yang sialnya, belum mau hilang. Wajah Kai masih sama seperti tadi, masih terlihat seperti wajah Davindra yang sedang memamerkan abs dengan gaya seksi.

Karena bayangan durjana itu tak kunjung hilang, dan membuatnya takut menjadi gila, Nara mengubah posisi menjadi tengkurap, menyembunyikan wajahnya di bantal, berusaha memejamkan mata berharap akan tertidur dengan sendirinya. Hingga, suara dering ponsel membuyarkan segalanya. Membuat Nara mau tak mau kembali bangun untuk mengambil ponsel yang sedang di charger.

Langkahnya berhenti di meja belajar, di mana ponselnya diletakkan di sana dengan kabel charger yang menyambung. Mengintip layarnya yang menyala, mata Nara mendadak membulat begitu melihat ID pemanggil, jantungnya mendadak tuing-tuing begitu melihat nama Pak Davindra sebagai peneleponnya.

Melepaskan kabel charger, Nara segera menggeser icon hijau, dan segera menempelkan ponsel di telinganya. Menahan debaran jantung yang berdebar kencang, sampai rasanya seperti ingin melompat dari tempatnya.

"Halo?"

Hening sesaat, Davindra tidak segera menjawab, hanya terdengar suara krasak-krusuk di seberang sana.

"Halo, Pak?" Nara kembali menyapa.

Masih terdengar krasak-krusuk di seberang sana, namun beberapa detik berikutnya suara Davindra mulai terdengar menyapa. "Selamat malam, Alien."

"Iya, malam. Kenapa Pak? Tumben telepon malem-malem."

"Saya ganggu kamu tidur, ya? Maaf. Pasti kamu capek banget. Saya tutup aja deh. Besok di kantor aja saya ngomongnya." Suara Davindra di seberang sana terdengar merasa bersalah.

Tapi kemudian, ada suara lain di seberang sana yang terdengar, samar-samar. "Jangan ditutup oon! Cepetan ngomong! Enggak gentle, lo."

"Deg-degan gue, Sat."

Nara mengernyit mendengarnya. Jiwa-jiwa keponya mendadak keluar. Sebenarnya apa yang ingin dibicarakan laki-laki itu padanya?

"Nara, saya tutup ya. Selamat mal—"

"Enggak pa-pa Pak, ngomong sekarang aja. Lagian Bapak nggak ganggu kok. Saya juga belum tidur," potong Nara saat menyadari Davindra hendak memutuskan sambungan.

Hening, Davindra tidak berbicara lagi tapi sambungan telepon masih tetap berjalan. Nara menunggunya, menunggu Davindra berbicara. Hingga pada detik berikutnya, terdengar sebuah pertanyaan yang mengejutkan.

"Alien, jadi pacar saya ... mau?"

•••💘•••

To be continue

Cute SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang