Chapter 13

3.1K 276 5
                                    

Kalo double up pasti chapter awalnya lupa di vote. Aing tau itu XD.

Ayo scroll lagi ke atas. Vote dulu ya bestie~

Happy reading~

***

Berada di dalam satu ruangan dengan gorila itu lebih baik daripada harus berada di dalam satu ruangan dengan sekumpulan jurig ulala yang lagi gabut. Nara mati-matian menahan perutnya yang mules, jantungnya yang tuing-tuing, dan kakinya yang tremor. Sumpah woi, dia masih muda, belum mau ikut-ikutan berubah bentuk dari manusia cantik titisan bidadari jadi jurig ulala dengan tampang acakadut. Dia ... masih sayang nyawa, masih mau pepet mamas gebetannya dulu, masih mau cipika-cipiki sama Cha Eunwoo, belum mau say hay sama malaikat Izrail. Selain itu, dosanya juga masih banyak, dan dia belum tobat. Jadi, Nara tidak mau bablas nyemplung ke liang lahat, ia masih mau berada di dunia.

Bergerak gelisah, Nara menatap was-was keempat temannya yang sepertinya sedang kerasukan arwah jurig ulala yang lagi gabut. Tadi, begitu ia sampai di kantor, dan bokongnya baru bersilaturahmi dengan kursi empuk, keempat temannya itu tiba-tiba langsung menyeretnya secara paksa, dan memojokkannya di dekat gudang. Dan saat itu juga otak sinetron Nara keluar, berbagai macam pikiran buruk langsung muncul di kepalanya. Apa jangan-jangan teman-temannya ini adalah psikopat berkedok kawan baik? Lalu mereka sekarang ingin membunuh Nara di sini, di gudang kantor ini? Dan nanti dagingnya akan dicincang untuk dijadikan geprek manusia? Hih, amit-amit! Nara belum mau mati sekarang.

"Lo ... lo pada ma-mau ngapain gue?" Nara bertanya dengan suara gagap. Tubuhnya semakin bergerak gelisah saat Karissa, dengan rambut panjangnya yang macam Mbak Kunti, mencondongkan tubuhnya mendekati Nara.

"Mau interogasi lo," kata Karissa dengan nada dingin.

Nara menelan ludah gugup. Tubuhnya mendadak merinding saat Billy, laki-laki kemayu dengan tubuh cebol dan perut bulat macam tuyul, mengacungkan jari telunjuknya ke depan wajah Nara. "Jujur sama kita, Ra! Lo udah jadian sama Pak Davindra?"

Mbahmu jadian! Jadian dari Hongkong! Ia saja masih acara pedekate-an dengan Davindra. Saat Nara ingin mengelak, tiba-tiba saja Moza, si cebol dengan bedak bayi belepotan di wajah, melakukan aksi goyang dombret.

"Ahay! Icikiwir! Pajak jadiannya dong, Kakak~ Jangan pelit-pelit, Ra, sama gue. Barang siapa yang pelit, maka kuburannya bakalan sempit. Ayo, Ra, PJ! Kalo lo nggak mau ngasih duit, beliin gue kuota lah. Nanti gue doain biar hubungan lo sama Pak Davindra langgeng," kata Moza dengan tampang tengilnya.

Nara hanya bisa diam sambil garuk-garuk kepala. Woi, ini siapa yang jadian? Gosip dari siapa ini yang bisa-bisanya seenak udel menyebarkan berita hoax. Dia yang rugi karena dipalakin teman-temannya.

"Siapa yang jadian, sih? Gue nggak jadian sama Pak Davindra. Suwer! Lo semua dapet berita hoax ini dari mana?" Akhirnya, Nara bertanya dan mulai meluruskan kesalahpahaman ini.

Eliza tiba-tiba menyodorkan ponselnya, layar benda pipih itu memperlihatkan salah satu postingan di Instagram Davindra. "Ini. Pak Davin post ini, Ra! Liat caption nya! Akhirnya jadian, tulisannya. Hayo, mau ngelak apa lagi lo? Lo sama Pak Davindra emang jelas-jelas udah jadian."

Nara melongo melihatnya. Di postingan itu memperlihatkan fotonya bersama Davindra kemarin, dan juga foto saat Nara sedang makan di rumah orang tua laki-laki itu. Yang jadi permasalahannya adalah caption laki-laki itu. 'Akhirnya jadian'. Begitu tulisannya. Mendongakkan kepala, Nara menatap satu persatu wajah teman-temannya.

"Ini salah paham! Ngadi-ngadi nih, Pak Davindra. Gue nggak jadian sama dia! Suwer tekewer-kewer! Sumpah, sampe detik ini status gue masih jomblo ngenes. Hoax, ini, hoax! Jangan percaya," kata Nara menjelaskan.

Cute SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang