Chapter 7

4.5K 353 6
                                    

"Baby Davindra~!"

Suara sapaan yang terdengar begitu lembut di telinga membuat langkah kaki dua anak manusia itu terhenti. Mereka menoleh secara bersamaan ke sumber suara, dan mendapati seorang perempuan cantik dengan senyum manis semanis gula satu ton melambaikan tangannya ke arah Davindra di depan sana. Perlahan, perempuan itu berlari kecil hingga membuat rambutnya yang tergerai melambai-lambai.

Cantik. Itulah hal pertama yang dapat Nara lihat dari perempuan itu. Baru pertama kali melihat, Nara langsung dibuat insecure. Perempuan itu sangat cantik. Tubuhnya tinggi dan langsing seperti model, berbeda sekali dengan dirinya yang pendek kayak kurcaci. Lalu, kulit perempuan itu putih dan mulus, terlihat sekali jika tidak ada bulu-bulu halus yang tumbuh di kulitnya, Nara juga merasa, sepertinya nyamuk akan langsung kepeleset kalau hinggap di kulit perempuan itu.

"Kangen~" berhenti tepat di depan Davindra, perempuan itu langsung memeluk erat tubuh laki-laki yang berdiri di samping Nara. "Kamu mau jalan-jalan kok nggak ngajak-ngajak aku? Udah nggak inget aku lagi ya?"

Planga-plongo kayak orang bego, itulah yang hanya bisa dilakukan Nara saat ini. Mendadak dirinya menjadi nyamuk di antara dua orang yang tengah berpelukan seperti saling melepas rindu itu. Lalu, berbagai macam pertanyaan langsung bermunculan di kepala Nara. Apakah perempuan itu istri Davindra yang katanya minggat? Atau mantan pacar? Atau pacar Davindra sekarang? Atau gebetan? Atau... atau...

Garuk-garuk kepala yang tiba-tiba terasa gatal, perlahan kaki Nara melangkah mundur. Sepertinya lebih baik ia mengundurkan diri karena tidak ingin mengganggu momen kangen-kangenan suami-istri itu.

"Ehm... punten Pak, Mbak, saya duluan ya. Sok, dilanjutin aja acara kangen-kangenannya. Permisi," ucapnya sopan seraya sedikit membungkukkan badannya sebagai tanda hormat. Baru ingin melangkahkan kaki, suara Davindra terdengar menginterupsi.

"Tunggu, Nara! Jangan pulang dulu." Melepaskan pelukan perempuan itu, tubuh Davindra berubah posisi menjadi menghadap Nara. "Jangan salah paham," katanya membuat Nara mengerutkan dahinya.

"Hah?"

"Saya bisa jelasin," ucap Davindra lembut, sambil memegang kedua sisi bahu Nara.

Garuk-garuk pipi yang tiba-tiba gatal, kerutan di dahi Nara semakin dalam menandakan tanda tanya besar. "Apaan sih, Pak! Nggak jelas! Bapak mau ngejelasin apa? Rumus matematika?"

Davindra menggeleng. "Bukan," sahutnya. Kemudian, "kamu jangan salah paham. Saya bisa jelasin. Ini semua nggak seperti yang ada di pikiran kamu."

Kesal, Nara menyentak kedua tangan Davindra yang bertengger di bahunya. "Bodo lah, Pak! Nggak ngerti saya. Jelasin apaan? Orang saya nggak mikir apa-apa."

Terdengar suara helaan napas dari mulut Davindra. Kemudian, pandangan laki-laki itu beralih menatap perempuan cantik yang masih setia berdiri di sampingnya. "Ini kakak sepupu saya, bukan istri saya. Tolong jangan berpikiran yang negatif, ya. Ini sepupu saya," jelasnya dengan tenang.

Perempuan yang berdiri di samping Davindra mengerutkan dahinya. "Ini pacar kamu, Vin?" tanyanya dengan pandangan yang tertuju pada Nara.

Gelengan dari Davindra menjadi jawaban. "Bukan. Dia sekretaris saya di kantor," jawabnya membuat perempuan itu mengangguk paham.

"Oh, jadi ini sekretaris kamu yang kemarin kamu ceritain. Cantik." Tersenyum ramah, perempuan itu mengulurkan tangannya. "Hai, kamu Nara, kan? Saya Sherin, sepupunya Davindra. Ternyata kamu lebih cantik dari yang saya kira, ya. Davindra sering lho, cerita sama saya tentang kamu. Bahkan kemarin aja dia cerita sama saya, katanya kamu itu— arghh! Sakit monyet!"

Cute SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang