Chapter 16

2.9K 241 25
                                    

"Rencana, rencana, apaan sih, Sat? Nggak usah lebay, deh!" Davindra mengucapkannya dengan nada ketus, dengan bola mata yang berputar jengah.

"Rencana buat masa depan lo, Vin," Satria menjelaskan, nadanya santai.

Davindra berdecak. "Nggak usah lebay! Apaan pake acara ngadain rencana-rencana segala? Gue tadi cuma minta tips pedekate-an doang, bukan rencana-rencana lebay apalah ini." Lalu dia beranjak, hendak pergi. Malas sekali rasanya terlalu lama berada di sekeliling orang-orang lebay ini.

Melihat sahabatnya hendak pergi, cepat-cepat Satria mencegah langkah laki-laki itu. "Diem dulu di sini, Vin! Dengerin dulu, jangan main pergi gitu aja."

Billy yang mendengarnya langsung mengangguk, menimpali, "Iya Pak. Duduk dulu atuh, diminum dulu tehnya. Mumpung masih anget. Rasanya juga manis, kalo kurang manis Bapak tinggal pandangin muka saya aja." Lalu dia melempar kerlingan genit kepada Davindra.

Satria yang melihat laki-laki kembaran Dorce itu mengerling genit langsung bergidik. Meskipun kerlingan itu bukan ditujukan untuknya, tapi tetap saja ia merinding sekaligus geli melihatnya. Berbeda dengan orang yang diberikan kerlingan genit itu. Davindra justru terlihat biasa saja dengan muka datarnya.

"Lo tau nggak, kalo pake cara lo sendiri itu kelamaan, Vin. Lo belum berpengalaman soal pedekate-an sama cewek dengan waktu singkat. Cara lo deketin Nara itu terlalu lambat. Yang ada dia bisa diembat duluan sama si duda. Jadi, duduk dulu di sini. Dengerin dulu apa kata gue sama temen-temennya Nara. Ini juga demi masa depan lo, Vin," Satria kembali buka suara, kali ini dengan tatapan serta suara yang serius.

Mendengarnya Davindra kembali memutar bola mata. Orang-orang ini ..., kenapa mereka terlalu alay serta mau repot-repot membantu urusan percintaan orang? Padahal urusan percintaan mereka sendiri belum tentu sempurna.

"Cepetan ngomong, rencana apaan?" Davindra bertanya masih dengan nada ketus, sembari mendudukkan dirinya di kursi.

Mendengarnya Satria berdehem. "Ekhem. Jadi gini ...," mulainya, dengan suara pelan nyaris berbisik. Kepalanya sudah maju, mendekat ke arah Davindra. "Rencana kita semua yang ada di sini, mau bantuin lo pedekate-an sama Nara, sekaligus nyingkirin si duda itu dari dekat Nara. Dan, gue jamin ini seratus persen bakal berhasil. Lo nggak perlu ragu. Percaya sama Satria Ganteng."

Karissa mengangguk. "Iya, Pak. Dan ... rencana pertama dari kami udah selesai dilaksanakan. Saya jamin galaunya Pak Davindra hari ini langsung ilang!"

"Itu saya yang ngelakuinnya lho, Pak," kata Billy tiba-tiba, "saya sampai rela mengabaikan nasihat Nenek saya. Kempesin ban mobil Pak Rangga, demi bisa buat Bapak bahagia, sama demi mie ayam dua mangkuk."

Mendengar itu, kepala Davindra langsung menoleh, matanya membelalak. Ia menatap Billy yang sedang melempar senyum padanya. "Apa?! Kempesin ban mobil Rangga?!" tanyanya, terkejut-kejut.

Billy mengangguk. "Iya Pak. Biar kapok itu si duda genit karena udah berani-beraninya deketin gebetan Bapak."

Astaghfirullah. Davindra beristighfar di dalam hati. Kepalanya menggeleng-geleng tak habis pikir. Tapi, ia juga merasa senang mendengar itu. Karena artinya, rencana si Curut itu untuk kencan dengan Nara jadi gagal karena ban mobilnya kempes. Dan di detik berikutnya, tawa jahat dan tawa kepuasan atas penderitaan orang menggema di dalam kepalanya. Tawa yang ... seperti di sinetron-sinetron.

Cute SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang