Chapter 12

3.3K 275 2
                                    

Minal aidzin wal faidzin, semuanya~ Selamat merayakan hari raya idul Fitri bagi kalian yang menjalankan.

Spesial lebaran, double update.

Mungkin bab ini agak sedikit aneh, nggak jelas, garing gitu. Karena waktu nulis mood ku lagi nggak bagus, tapi tetep maksa nulis. Mau direvisi tapi males mikir lagi. Mau dihapus tapi sayang. Jadi ku up aja. Anggap aja bonus.

Vote dulu, ya~
Koment dan follow juga.

Hari Minggu seharusnya menjadi hari dimana para kaum rebahan bisa bersantai ria

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari Minggu seharusnya menjadi hari dimana para kaum rebahan bisa bersantai ria. Hari Minggu seharusnya menjadi hari dimana kita bisa berkencan selama seharian penuh dengan kasur. Hari Minggu juga seharusnya menjadi hari dimana kita bisa menonton drakor sepuasnya dengan memanfaatkan WiFi tetangga. Tapi, di hari Minggu ini, bukannya bersantai-santai, Nara malah harus cosplay jadi anak ayam yang mengekori kemanapun babonnya pergi.

Ini semua gara-gara bos kampret yang juga merangkap menjadi mamas gebetannya itu. Laki-laki itu dengan seenak udel menyeretnya ke supermarket selepas pulang dari rumah calon mertua. Gara-gara si bos, kencan Nara bersama kasur harus tertunda karena raganya diminta untuk menemani laki-laki itu berbelanja kebutuhan sehari-harinya.

Selama di supermarket, Nara cemberut, wajahnya ditekuk, dan kakinya ia seret-seret secara paksa untuk tetap melangkah mengikuti yang mulia bos sambil terus mendorong troli yang berisikan barang belanjaan laki-laki itu. Sementara bos kampret nya itu, berjalan angkuh di depannya sambil melihat-lihat barang-barang apa yang ingin dia beli.

"Alien! Cepetan dong! Lelet banget kayak siput! Jalan bukan ngesot! Keluarin tenaganya! Harus strong!" Di depan sana, Davindra mengomel. Laki-laki itu berkacak pinggang dengan wajah songongnya. Yang mana ingin sekali Nara garuk wajah songong laki-laki itu.

Kadang Nara merasa aneh dengan Davindra. Bosnya itu kadang baik, kadang manis sampai bisa membuat jantungnya tuing-tuing, kadang galak, kadang pelit, kadang songong, kadang ketus, kadang diktator, kadang cuek. Kadang-kadang semua deh pokoknya, sampai Nara merasa bingung dengan sikap laki-laki itu yang suka berubah-ubah.

Melihat Davindra masih berkacak pinggang, Nara mendengkus. "Ini saya udah jalan, Pak! Ngesot, ngesot! Ngesot darimana nya?! Sekalian aja nih, saya melayang!" sahutnya galak. Jiwa-jiwa senggol bacok Nara keluar begitu tadi mendengar laki-laki songong itu mengomel.

"Cepetan makanya! Ini masih banyak yang mau saya beli."

Nara menghela napas. Sabar, Nara, sabar. Orang sabar, jodohnya Cha Eunwoo. Batinnya. Dadanya ia usap-usap, ia tidak boleh mengamuk di depan mamas gebetan, harus sabar, harus kalem. Anggap saja ini simulasi menjadi suami-istri.

"Iya, ini saya udah jalan. Lebar-lebar nih langkah saya! Bapak juga jangan cepet-cepet jalannya. Ini trolinya berat tau. Santuy dikit, napa," balas Nara sambil mencoba untuk tetap sabar.

Cute SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang