Chapter 6

5K 345 29
                                    

Vote dulu, ya, sebelum baca. Berikan komentar kalian juga~

Follow akun milkitakita_ ya^^

Di bawah langit malam yang dihiasi nyamuk-nyamuk, Davindra berdiri di depan gerbang kost Nara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di bawah langit malam yang dihiasi nyamuk-nyamuk, Davindra berdiri di depan gerbang kost Nara. Kedua tangannya tidak mau diam, terus menggaruk-garuk pipi dan tangannya yang terkena gigitan nyamuk. Berdiri di depan gerbang seperti satpam selama hampir setengah jam membuat Davindra menjadi santapan lezat bagi para nyamuk-nyamuk kampret. Mulut Davindra juga tidak mau diam, terus mengomel dan mengumpati nyamuk-nyamuk yang sudah menghisap darah segarnya.

"Kampret lo, ah! Mentang-mentang bisa terbang ngeledek. Gue sumpahin lo semua punah!" gerutu Davindra sambil terus memukul-mukul serta menggaruk-garuk pipi dan tangannya.

Perang antara Davindra dengan sekumpulan nyamuk kampret pun dimulai. Laki-laki itu berusaha membunuh nyamuk-nyamuk itu dengan cara menangkapnya dengan kedua telapak tangannya. Kesal karena tidak dapat-dapat, Davindra kembali mengumpat.

"Raflesia Arnoldi!" umpatnya, menyebut nama bunga berbau tidak sedap yang biasa disebut bunga bangkai.

"Pak Davindra!"

Suara lembut yang menyapanya itu membuat Davindra menghentikan perangnya dengan para nyamuk dan segera menoleh ke sumber suara. Disana, di halaman kost-an, Nara berdiri sambil melambaikan tangannya dan menunjukkan senyum secerah mentari. Hal itu, membuat Davindra terpaku. Ia merasa... terpesona.

Hembusan angin malam yang sepoi-sepoi menyapa, membuat dress yang dikenakan gadis itu melambai-lambai. Lalu, soundtrack drama Korea yang romantis terputar begitu saja, mengiringi langkah anggun gadis berambut sebahu itu.

Lamunan Davindra bubar jalan begitu Nara berjinjit di depannya dan melambai-lambaikan tangannya di depan wajahnya.

"Pak? Kok bengong?"

"Eh? Nggak, saya nggak bengong," sahutnya cepat dengan kepala yang menggeleng-geleng.

"Pak, maaf, udah nunggu lama, ya?" tanyanya. Kemudian, cengiran lebar ala iklan pasta gigi terukir di bibir gadis itu. "Maaf. Tadi saya sempet bingung mau milih baju yang mana makanya lama. Hehe."

Davindra menggeleng sambil menunjukkan senyum. "Enggak pa-pa," katanya lembut. Kemudian, "Ngomong-ngomong, Nǐ hěn piàoliang."

Nara mengernyit. "Hah? Nihen pia uyang?" beo nya terheran-heran. "Bapak ngomong apaan sih? Nggak jelas amat. Bahasa planet Pluto, ya?"

Davindra tertawa pelan lalu menggeleng. "Bukan bahasa planet Pluto. Itu bahasa Mandarin. Kalau mau tau artinya, silahkan cari tau sendiri."

Nara manggut-manggut. "Oke, nanti saya searching di Google. Nihen pia uyang, kan? Nihen pia uyang." Berhenti manggut-manggut, Nara mulai bertanya, "Ngomong-ngomong, Bapak bisa bahasa Mandarin? Belajar dimana Pak? Lama nggak buat pelajarinnya? Ajarin saya juga dong! Biar kalo nonton drachin yang nggak ada subtitle bahasa Indonesia nya bisa ngerti."

Cute SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang