Sebagai jomblo dari orok, bisanya jika malam Minggu seperti ini kerjaan Nara hanya bisa rebahan di kasur sambil scroll-scroll media sosial untuk melihat postingan-postingan pacar beda perasaan, beda negara, beda tahta, dan beda agamanya. Biasanya juga ia akan berdoa kepada Tuhan agar turun hujan deras atau angin tornado sekalian biar orang-orang yang sedang uwu-uwu diluar sana lari pontang-panting, kocar-kacir, untuk menyelamatkan diri. Biasanya juga ia selalu overthingking malam-malam, selalu bertanya-tanya mengapa dirinya masih jomblo sampai sekarang. Atau malah menangis-nangis tidak jelas karena baper nonton drama atau baca novel yang sad ending.
Namun, kegiatan-kegiatan di atas tidak berlaku untuk malam ini. Malam ini. Malam Minggu ini. Ia akan bertemu dengan calon mertua yang mengundangnya makan malam bersama. Amboi~ bahagianya dia sekarang. Baru diundang makan malam bersama saja ia sudah senang bukan main. Apalagi kalau dipinang oleh Davindra, mamas gebetannya. Ahay! Baru membayangkannya saja sudah membuatnya malu-malu monyet.
Sekali lagi, Nara memperhatikan penampilannya dari pantulan cermin. Make-up nya sudah oke, dress-nya sudah rapih, rambut sudah rapih, badan juga sudah wangi. Merasa sudah tidak ada yang perlu ditambahkan lagi, Nara segera keluar dari kamarnya. Ia yakin pasti mamas gebetannya sudah menunggu di depan gerbang seperti kemarin malam.
Langkahnya sok anggun, senyumnya dibuat semanis mungkin begitu matanya melihat seorang laki-laki bertubuh tegap dengan jas berwarna cokelat berdiri di depan gerbang sambil menatap ke arahnya. Dia Davindra, laki-laki itu terlihat begitu tampan di bawah sinar rembulan malam yang dihiasi laron-laron sialan.
"Bapak!" sapa Nara, kaki cebolnya berlari kecil menghampiri Davindra dengan senyum secerah mentari yang terukir di bibirnya. Langkahnya terhenti begitu sudah sampai di hadapan Davindra. "Bapak udah lama ya nungguin saya?" tanyanya dengan kepala yang mendongak.
Melihat Davindra tidak merespon, Nara kembali bersuara, "Bapak! Oi, Pak!" Tangannya melambai-lambai di depan wajah Davindra.
"Saya bukan Bapak kamu," ucap Davindra dengan nada dingin dan ekspresi yang menyeramkan. Mirip seperti kingkong.
Kedua ujung alis Nara menyatu. "Yang bilang situ Bapak saya siapa? Sejak kapan saya brojol dengan bibit yang berasal dari kecebong Bapak?" tanyanya dengan nada ketus.
Davindra menyentil pelan bibir Nara. "Mulutnya," tegur nya. Sebelum disela Nara, ia kembali melanjutkan, "Saya memang bukan Bapak kamu. Tapi bisa, jangan panggil saya 'Bapak' kalau di luar kantor? Risih saya dengernya."
"Tapi kan, Bapak atasan saya, bos saya. Kurang sopan rasanya kalo saya manggilnya tanpa embel-embel 'Bapak'."
Davindra menghela napas. "Saya belum setua itu, Alien. Panggil apa kek, jangan 'Bapak'. Mana kamu cebol begini, yang ada orang ngira saya Bapak kamu kalau kamu manggil saya 'Bapak' terus."
"Terus, mau saya panggil apa?"
"Panggil apa aja. Yang penting jangan 'Bapak' kalau diluar jam kerja. Mas kek, Kakak, Davindra, Cintaku, atau apa gitu. Senyaman kamu."
Nara menggaruk-garuk pipinya yang tiba-tiba gatal. "Om. Panggil Om saya nyaman."
Dan kepada Nara, Davindra melotot. "Heh! Nggak 'Om' juga, Alien! Panggil nama aja kalo gitu."
"Nama?" Nara mengusap tengkuknya, tersenyum canggung kepada Davindra. "Dav... Davin... Dav... Davin-dra. Davindra."
Davindra diam sejenak, sebelum akhirnya kembali bersuara. "Jangan panggil nama. Panggil Sayang aja."
Detik itu juga, rahang Nara hampir jatuh ke bawah. Matanya melotot. Kakinya berubah menjadi agar-agar.
Sayang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cute Secretary
Romance(Romansa, Comedy) #1 The Boss Series Gara-gara truth or dare sialan. Hilang sudah image Queenara Azzalea Aileen sebagai seorang gadis yang kalem. Nara menyesal telah memilih dare yang mana berakhir dengan tantangan yang super-super gila, yaitu mengg...