Chapter 9

3.6K 316 15
                                    

Pendek dulu ya~ Yang penting update.

Maaf sebelumnya karena udah ngilang sebulan lebih. Kemarin selesai LUS ternyata langsung lanjut Uprak, terus aku sempat sakit juga dua minggu yang lalu. Demam, kena cacar. Tapi Alhamdulillah udah sembuh. Sekarang lagi US, niat mau hiatus tapi nggak jadi karena takut kalian kelamaan nunggu.

Buat yang lagi ujian, semangat ya! Semoga bisa lulus dengan nilai terbaik. Semoga bisa lanjut ke sekolah favorit kalian.

Yang lagi puasa juga semangat! Dan buat yang nggak puasa, jangan lupa makan, ya. Jaga kesehatan.

Vote dulu, ya~
Komen dan follow juga.

Vote dulu, ya~Komen dan follow juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••💘•••

"Saya baru sadar ternyata kamu secebol ini."

Doeng!

What?!

Ce-bol. Dua kata itu membuat emosi Nara sedikit naik. Hormonnya yang sedang dalam mode senggol bacok membuat Nara tak terima dibilang cebol meskipun kenyataannya ia memang pendek. Lagian siapa juga yang mau terlahir dengan badan pendek? Tidak ada. Ia juga maunya punya tubuh tinggi seperti teman-temannya. Namun, ya itu takdirnya. Memiliki tubuh pendek ya itu memang takdirnya.

Nara cemberut, sementara Davindra tertawa dengan wajah polos tanpa dosa. Laki-laki itu langsung tertawa begitu menyadari perubahan raut wajah Nara. Ia tahu gadis itu kesal, dan tidak terima dikatai cebol. Namun rasanya menggoda dan membuat Nara jengkel justru malah menjadi kesenangan untuknya.

Tangan Davindra terulur, mencubit gemas pipi Nara yang mengembung. "Ututu... marah dia. Baperan amat sih. Baru saya ledekin juga, bukan saya gombalin."

Tangan Nara menepis kasar tangan Davindra yang masih menguyel-uyel pipinya. "Jangan pegang-pegang! Pipi saya masih perawan!" ucapnya galak.

"Tangan saya juga masih perjaka," balas Davindra, dan langsung segera menarik kembali kedua tangannya.

Nara mencibir, "Hih, perjaka apanya? Situ kan duda. Udah nggak perjaka lagi lah, seluruh badannya."

"Kata siapa saya udah nggak perjaka?" tanya Davindra dengan dua alis yang terangkat.

"Kata saya. Bapak kan pernah nikah, ya pastinya udah nggak perjaka. Udah pernah nge-grepe-grepe," sahut Nara masih dengan wajahnya yang cemberut.

Lalu, suara tawa yang sangat keras Nara dengar. Gadis itu memicingkan matanya, menatap bosnya yang malah tertawa ngakak sampai memegangi perutnya. Dahi Nara mengernyit, hih, apa-apaan ini si bos pake ketawa segala. Ada yang lucu tidak.

"Ya ampun, hahaha, kamu percaya?" tanya Davindra. Ia berdehem berulang kali untuk menghilangkan tawanya, lalu menatap Nara dengan tatapan serius. "Kamu percaya waktu saya bilang istri saya minggat?"

Cute SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang