Chapter 21

2.6K 220 23
                                    

Play song: Red Velvet - Hello, Sunset

Happy reading~

***

Tenang, tenang! Jangan tremor! Jangan kabur! Jangan kejang-kejang! Ini cuma ibu kost, bukan ibu kandung Nara.

Adalah kalimat yang sudah berkali-kali Davindra ucapkan, di dalam hati, untuk mensugesti diri. Untuk berusaha tetap tenang meskipun ibu-ibu di depannya ini memberikan tatapan mengintimidasi, untuk berusaha tetap menunjukkan senyum ramah dan sopan kepada ibu kost ini, meskipun, ia sendiri tidak yakin jika senyum yang sekarang ia tunjukkan adalah senyum ramah. Karena, ia lebih yakin jika senyumnya saat ini, lebih mirip dengan bibir lebarnya Joker.

Ia mengusap tengkuk. Gugup setengah mati dipandangi dengan tatapan seperti itu. Padahal ia baru bertemu dengan ibu kost Nara, bukan ibu kandung Nara, tapi rasanya sudah sangat menyeramkan, sampai rasanya ia ingin menenggelamkan diri ke rawa-rawa, atau setidaknya, merubah diri menjadi nyamuk yang kini tengah berterbangan. Sungguh, ia benar-benar tak kuat menahan debaran jantung yang begitu cepat.

Sekali lagi, ia memberanikan diri, berusaha menatap lawan bicaranya. Dan yang ia dapatkan dari ibu-ibu ini, sebenarnya hal yang positif semua. Ibu kost Nara ini sepertinya tipe ibu-ibu yang ramah, terlihat dari wajahnya dan senyumnya, ya, meskipun tatapan matanya terasa sedikit menakutkan bagi Davindra. Ibu kost Nara tidak berpenampilan seperti ibu kost di sinetron-sinetron yang berbadan gemuk, berwajah galak, ber-make-up tebal dengan bibir berwarna merah terang, dan dengan rol-rolan yang melingkar di rambut, memenuhi kepalanya. Tidak. Penampilannya tidak semenakutkan itu, bahkan ibu-ibu ini berhijab. Tapi tetap saja, Davindra masih gugup, masih begitu takut untuk melihat lebih lama.

"Jadi Mas ini mau cari siapa?" Lagi, pertanyaan itu kembali dilayangkan untuknya.

Davindra tersenyum canggung, mengusap tengkuk lantas menjawab, "Nara. Dia ... ada, kan?"

Si ibu-ibu tadi terkekeh pelan sambil mengangguk. "Ada. Anaknya masih di dalem. Mungkin masih dandan. Mas nya duduk aja dulu. Jangan malu-malu, santai aja."

Dan Davindra mengangguk, menurutinya, mendudukkan diri di bangku panjang yang ada di dekat gerbang. Berbincang-bincang dengan ibu kost sambil menunggu kedatangan Nara.

"Mas ini yang waktu itu pernah ke sini juga, kan? Pagi-pagi kalo nggak salah. Jemput Nara," mulai ibu-ibu tadi. "Mas ini pasti pacarnya Nara, ya?" tebaknya.

Dan tebakan itu, hampir membuat Davindra tersedak air liurnya sendiri, hampir batuk-batuk jika ia tidak menahannya.

Ibu tadi mengulum senyum, tahu jika Davindra sedang malu-malu ditanyai hal seperti itu. "Ibu sih izinin aja kalo ada yang mau kencan sama pacarnya malem-malem gini. Asalkan pas pulang nggak lebih dari jam sepuluh malam. Jam sepuluh itu batas waktu pulang. Itu aturannya. Karena di sini kost-annya khusus cewek, jadi peraturannya sedikit lebih ketat. Karena kalo nggak, takut nanti ada yang kenapa-kenapa."

Sebagai respon, Davindra mengangguk. "Ya, saya paham," katanya. "Saya nggak akan bawa pergi Nara lama-lama. Mungkin sekitar jam sembilan nanti udah saya anter pulang lagi."

Keduanya lanjut mengobrol, mengobroli apa saja yang dapat dibahas. Hingga, suara kaki yang tengah berlari menginterupsi keduanya. Menghentikan obrolan mereka, dan membuat kepala Davindra langsung menoleh ke arah datangnya suara. Dan ia mendapatinya, mendapati Nara nya.

Cute SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang