Chapter 28

2.2K 139 10
                                    

Happy new year ges!!!

Sebagai hadiah aku update~

Play Song: Jung Seung Hwan - If It Is You.

•••

Hujan turun dengan deras siang itu, mengguyur tanah, menyirami pohon-pohon serta tanaman-tanaman terlantar yang tidak disiram pemiliknya. Memerangkap Davindra di dalam apartemennya. Seharusnya siang ini ia berada di kantor, mengerjakan tumpukan pekerjaannya yang menumpuk, atau menghadiri pertemuan penting dengan klien bisnis jika saja kepalanya sedang baik-baik saja. Denyutan itu, kembali ia rasakan sejak membuka mata pagi tadi. Denyutan yang masih sama sakitnya seperti kemarin. Yang membuatnya tidak bisa bekerja hari ini, kepalanya terlalu sakit untuk ia paksa berjalan, atau untuk menatap deretan huruf terlalu lama.

Maka di sini ia berada, di apartemennya, tepatnya di balkon kamarnya, sedang menatap hujan dengan secangkir cokelat panas di tangannya. Melihat rintik hujan ini, membuatnya serta merta kembali mengingat masa kecilnya, pada Nara tepatnya, gadis kecil yang waktu itu pernah menariknya dengan paksa ke bawah guyuran hujan.

Tawa gadis itu ... serta deretan gigi susu rapi yang dia perlihatkan. Juga pada mata bulatnya yang saat itu melengkung membentuk bulan sabit. Ia masih mengingatnya, dan itu tidak bisa untuk tidak membuatnya tersenyum.

"Naraaa! Baju Dapin jadi basah gara-gara Nara!" Davindra kecil mengomel, memajukan bibir, memelototi gadis kecil yang sedang tertawa-tawa di bawah guyuran hujan.

Dan Nara tidak menanggapi. Gadis itu berputar-putar menikmati guyuran hujan, persis seperti adegan-adegan di film India yang sering Mamanya tonton di rumah. Ia mendongak, tertawa-tawa sampai kedua matanya menyipit. Lalu ia menghentikan tawanya, menatap Davindra dengan senyuman lebar.

"Ujan itu segeeel! Nala suka ujan, suka mandi ujan, tapi ndak pelnah diboyehin cama Mama." Lalu gadis kecil itu menekuk bibir bawah, matanya yang bulat dan indah itu menatap ke arah lain dengan tatapan sendu.

Seketika niat Davindra untuk kembali mengomeli gadis itu menghilang, ia terdiam, masih di tempat yang sama, di bawah guyuran hujan, menatap Nara yang terdiam. Di wajah polos dengan rambut panjang yang dikuncir dua itu, menampilkan gurat kesedihan. Ia tahu gadis kecil itu sedih karena Tante Sania, Mamanya Nara selalu melarang gadis itu untuk bermain hujan. Ia juga tahu jika sekarang, Nara diam-diam bermain hujan disaat kedua orang tuanya masih bekerja.

Kepada Nara, ia menunjukkan senyum menenangkan. "Mama kamu sayang sama kamu. Dapin juga nggak pernah dibolehin main hujan sama Mama Papa. Karena kata Mamaku, hujan bisa bikin orang jadi sakit. Mama kamu nggak mau kamu sakit."

Ia ingat saat itu, ingat saat ia mencoba menghibur Nara dengan kata-kata sok bijaknya. Ingat juga dengan suara tawa Nara kecil saat itu. Juga ingat seperti apa bahagianya Nara saat berguling-guling di halaman rumah Davindra dengan senyuman lebarnya.

Ia menyesap cokelat panasnya, masih menikmati pemandangan hujan turun di hadapannya. Langit di atas sana sangat hitam, gelap seperti waktu hampir memasuki malam. Dan seketika ia teringat akan rencananya malam ini. Bertemu dengan Nara, meminta gadis itu untuk menjelaskan semua kesalahpahaman ini. Ia ingin mendengar secepatnya. Ia juga berharap ... semoga penjelasan gadis itu tidak membuat hatinya semakin terluka. Ia juga ingin meminta kejujuran, tentang perasaan gadis itu. Juga ingin menentukan tentang hubungannya. Yang akan berlanjut, atau berakhir sampai di sini.

•••💘•••

"Temenin saya makan dulu, ya? Laper nih. Kamu juga belum makan, kan? Makan bareng saya, ya." Kepada Nara, Rangga tersenyum, senyum yang amat sangat manis dengan lesung pipinya yang dalam. Jenis senyum yang dapat menyembuhkan kanker, yang dapat membuat langit mendung menjadi cerah. Senyum yang tidak dapat ditolak oleh siapapun.

Cute SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang