Chapter 3

7K 549 28
                                    

Wajib follow akun Wattpad milkitakita_

Follow juga Instagram dan Tiktok: @icanisaa._

Jangan lupa untuk vote, ya. Komen juga. Ramein lapak ini kalau mau cepet update.

Share juga cerita ini ke media sosial kalian. Rekomendasikan juga CS ke teman-teman kalian.

 Rekomendasikan juga CS ke teman-teman kalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Davindra baru saja kembali ke kantornya setelah selesai berkumpul bersama kedua temannya. Saat ingin menyentuh handle pintu ruangannya, ia tidak sengaja melihat Nara sedang mengobrol dengan seorang laki-laki. Davindra memicingkan matanya ketika melihat Nara tertawa lepas bersama laki-laki yang entah siapa itu karena posisi laki-laki itu memunggunginya.

Hati Davindra mendadak panas seperti air mendidih ketika melihat satu tangan laki-laki itu mampir ke atas kepala Nara lalu mengusapnya. Parahnya lagi, Nara malah membiarkan laki-laki itu mengusap kepalanya sambil menunjukkan senyum manis.

"Dih, usap-usap. Genit banget sih, itu cowok." Davindra bermonolog dengan nada sewot. "Siapa sih, dia? Akrab banget kayaknya. Jangan-jangan si duda kampret."

Karena hati sudah terlanjur panas serta jiwa jiwa keponya sudah keluar. Davindra melangkahkan kakinya menghampiri kedua orang itu. Begitu sudah sampai, ia berdehem berulang kali sampai kedua orang itu menoleh ke arahnya.

Davindra melirik laki-laki yang ternyata adalah Rangga Putra Aditama—wakil presiden direktur yang sepertinya akan menjadi saingan cintanya. Dengan tatapan sinis, Davindra memperhatikan penampilan Rangga. Oke, ia akui duda satu ini memang tampan. Jika ia taksir, mungkin tinggi badan Rangga sekitar seratus delapan puluh centimeter lebih. Wajahnya tampan, rahangnya tegas, hidung mancung seperti perosotan, tatapan mata yang tajam, serta bibir tipis yang seksi menurut para perempuan. Tubuhnya juga atletis, membuat pesona Rangga semakin bertambah.

"Kalian ngapain berduaan disini? Mana disini lagi sepi. Bukan mahram berdua-duaan. Awas nanti ada yang ketiga," tegur Davindra, suaranya terdengar sewot, seperti seorang suami yang tengah memergoki istrinya selingkuh.

"Yang ketiganya kan, bapak," sahut Nara dengan wajah polosnya.

Davindra mendelik tajam kemudian berkacak pinggang. "Secara tidak langsung kamu ngatain saya setannya, Queenara!"

Rangga yang merasa suasananya mulai berubah, segera pamit mengundurkan diri. "Saya duluan, ya. Masih banyak kerjaan. Permisi." Setelahnya ia mulai melenggang pergi meninggalkan kedua orang itu.

Cute SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang