"Kita punya misi penting!"
Gebrakan meja yang kelewat kuat, membuat bakso yang hendak ditusuk oleh Billy, melompat keluar dari mangkuk, menggelinding ke bawah dan berakhir dengan nyemplung ke selokan. Weladalah ... ini cewek sepertinya ingin mengajaknya untuk baku hantam apa gimana? Itu bakso segede upil dengan harga seribu nyemplung ke selokan begitu saja, membuat Billy kesal, dia sayang melihat satu baksonya berakhir di dalam selokan.
"Heh, Nenek gayung! Lo dateng-dateng mau ngajak war apa gimana?! Itu bakso gue nyemplung ke got gara-gara lo!" Billy mengomel, memelototi Karissa dengan tatapan galak ala emak-emak.
Karissa tak mengindahkan. Masa bodo dengan si bencong yang marah karena baksonya nyemplung ke selokan. Gadis itu segera menarik kursi plastik yang kosong, mendudukinya lalu melipat kedua tangannya di atas meja, matanya menatap satu persatu wajah teman-temannya yang sedang asyik sendiri memakan bakso.
"Kita semua ..., punya misi penting," mulai Karissa. Mata gadis itu menyipit, membuat ketiga temannya langsung menatapnya.
"Apaan?" Eliza bertanya penasaran.
"Halah, paling juga misi nyelametin kucing yang kecebur got." Billy memutar bola mata. Sudah tidak mood sebab satu baksonya hilang.
Karissa melirik sinis ke arah Billy sekilas, kemudian kembali menatap Eliza yang sudah penasaran, dan Moza yang sedang asyik mengunyah bakwan. "Kita ... diajak kerja sama, sama Pak Satria, temen Pak Davindra."
"Kerja sama apaan?" Kali ini Moza yang bertanya.
Dan Billy, dengan gaya julid ala emak-emak tukang gosip tiba-tiba menyahut, "Halah, paling juga kerja sama buat cabutin bulu kakinya Pak Davindra."
"Diem lo Bencong!" Karissa menggebrak meja, memelototi Billy yang juga dibalas dengan pelototan laki-laki kemayu itu. "Sekali lagi lo ngomong, gue jejelin sambel mulut lo!"
"Nye nye nye."
"Lo ..." Geram, Karissa mengangkat sendok sambal, bersiap menyiduk sambalnya lalu menjejalkan ke dalam mulut Billy.
Melihat peperangan antara Karissa dengan Billy akan dimulai, Eliza buru-buru menarik lengan Karissa, mengusap-usap punggung gadis itu agar menjadi tenang. "Udah, udah, nggak usah ribut. Lo juga Bil, bisa diem nggak? Cuma karena bakso seupil lo jatuh doang sampe ngambek nggak jelas. Entar gue ganti itu bakso. Cuma seribu perak doang," kata Eliza.
Billy cemberut. "Seribu perak gitu duit El. Mati-matian gue nyari duit buat makan. Eh, pas mau makan, satu makanan gue ngegelinding gara-gara ini nenek gayung!"
"Nyalahin gue. Tangan lo aja yang nggak berkah, makanya itu bakso nolak buat ditusuk sama lo," protes Karissa tak terima.
Eliza mengkibas-kibas tangannya. "Udah ih! Malah lanjut berantem."
"Tau lo berdua ini," Moza ikut nimbrung. "Omong-omong, tadi kerja sama apaan Ris?" tanyanya pada Karissa.
Karissa menghela napas, membenarkan posisi duduknya dan kembali menatap kedua sahabatnya dengan mata yang disipitkan. Membuat, Eliza dan Moza semakin penasaran.
"Jadi gini," mulai Karissa dengan suara pelan, nyaris berbisik. "Pak Satria, temen Pak Davindra, minta tolong sama kita, ngajak kita kerja sama buat satuin Pak Davindra sama Nara. Kita disuruh kasih tips-tips pedekate-an yang ampuh buat Pak Davindra. Dan disuruh buat deketin mereka berdua, comblangin mereka berdua. Karena kata Pak Satria, Pak Davindra sekarang lagi patah hati gara-gara Pak Rangga. Dan ... kita juga disuruh buat jauhin Pak Rangga dari Nara."
Eliza manggut-manggut paham. "Ah, gampang soal itu mah! Sini, serahin soal percintaan sama gue." Lalu ia menepuk dada songong.
Berbeda dengan Eliza yang langsung paham, Moza si lemot, masih mencoba mencerna apa maksud perkataan Karissa tadi. "Gue masih belum paham. Jadi kita disuruh ngapain tadi? Kagak mudeng gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cute Secretary
Romance(Romansa, Comedy) #1 The Boss Series Gara-gara truth or dare sialan. Hilang sudah image Queenara Azzalea Aileen sebagai seorang gadis yang kalem. Nara menyesal telah memilih dare yang mana berakhir dengan tantangan yang super-super gila, yaitu mengg...